Waisai, Raja AmpatNews– Dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun ke-22 Kabupaten Raja Ampat, Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat menggelar Dialog Pembangunan bertajuk “Kolaborasi untuk Raja Ampat Maju, Produktif, dan Sejahtera dalam Kemajemukan” pada Selasa (6/5/2025) di Aula Bappeda, Kompleks Kantor Otonom Bupati Raja Ampat, Waisai.
Forum ini bukan sekadar perayaan seremonial, tetapi juga menjadi ruang strategis untuk menggali dan membedah arah pembangunan Raja Ampat pada periode 2025–2030.
Dialog ini dihadiri oleh berbagai narasumber lintas sektor, antara lain Bupati Raja Ampat, Orideko I. Burdam, S.IP, MM, M.Ec.Dev., akademisi Prof. Dr. Andi Muh. Arsun, SH., MH., pakar pembangunan Prof. Wihana K. M.Soc.Sc., Ph.D., praktisi konservasi Max Ammer, serta pelaku usaha lokal Zeth Demas Sauyai.
Peserta forum juga mencakup unsur pemerintah, LSM, pelaku usaha, tokoh agama, dan komunitas masyarakat adat.
Isu Hangat yang Mengemuka:
Dialog ini membuka berbagai permasalahan pembangunan Raja Ampat yang membutuhkan perhatian serius, antara lain:
- Pariwisata Berkelanjutan dan Konservasi: Dilema antara pertumbuhan pariwisata dan ancaman kerusakan lingkungan, dengan fokus pada isu zonasi, daya dukung ekowisata, dan keberlanjutan konservasi.
- Pemberdayaan Ekonomi Lokal: Transformasi dari nelayan menjadi pengelola ekowisata dan pelaku UMKM, serta penguatan BUMDes dan koperasi lokal sebagai pilar kesejahteraan.
- Kualitas SDM dan Infrastruktur Dasar: Pembenahan pendidikan vokasi, kesenjangan infrastruktur dasar seperti air bersih dan listrik, serta pengembangan pelatihan yang lebih baik untuk SDM lokal.
- Kolaborasi Lintas Sektor: Pentingnya sinergi antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan LSM dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Respon Narasumber:
Bupati Raja Ampat, Orideko I. Burdam, S.IP, MM, M.Ec.Dev., menegaskan komitmennya untuk pembangunan yang berkeadilan dan berwawasan lingkungan. “Pemerataan pembangunan akan terus kita kejar. Infrastruktur, SDM, dan tata kelola wisata harus berjalan bersama dengan pelestarian alam,” ujarnya dalam sesi pembukaan dialog.
Prof. Dr. Andi Muh. Arsun mengingatkan pentingnya tata kelola berbasis data ilmiah, terutama dalam wilayah pesisir, agar pembangunan pariwisata tidak mengorbankan ekosistem. Sementara itu, Max Ammer dan berbagai LSM konservasi menyoroti ancaman serius dari pertambangan dan overfishing yang berpotensi merusak ekosistem Raja Ampat.
Zeth Demas Sauyai, tokoh penggerak Geosite Piaynemo, mengungkapkan pentingnya dukungan konkret bagi UMKM dan pelaku wisata lokal. “Kita membutuhkan akses permodalan, pelatihan, dan pendampingan nyata,” tegasnya.

Rekomendasi Kunci:
Dari dialog ini, lahir rekomendasi strategis yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah mendasar pembangunan Raja Ampat:
- Tolak Tambang, Perkuat Konservasi: Mendesak pencabutan izin tambang di kawasan konservasi dan mendorong rehabilitasi lahan rusak serta restorasi terumbu karang.
- Pembangunan Infrastruktur Perikanan: Membangun cold storage, TPI mini, serta alat tangkap ramah lingkungan di titik strategis.
- Digitalisasi dan Sistem Informasi Pariwisata: Pengembangan sistem informasi berbasis web dan big data untuk pariwisata, serta promosi digital dan pemesanan daring.
- Pelimpahan Kewenangan Perikanan: Mendesak pelimpahan kewenangan dari provinsi agar pengawasan dan tata kelola laut dapat lebih efektif.
- Penguatan BUMDes dan UMKM: Menjadikan BUMDes sebagai garda depan ekonomi rakyat dengan pendampingan dan dukungan finansial.
- Pendidikan dan SDM: Mengutamakan pendidikan vokasi dan pelatihan pariwisata untuk meningkatkan daya saing lokal.
Dialog ini menegaskan bahwa pembangunan Raja Ampat bukan hanya tentang pariwisata, tetapi juga tentang perjuangan untuk menyelamatkan masa depan Papua. Sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak—pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat—adalah kunci untuk mewujudkan Raja Ampat yang maju, produktif, dan sejahtera, tanpa mengorbankan lingkungan, budaya, dan hak hidup masyarakat adat.