Perayaan Kamis Putih: Ayo Tanggalkan Ego dan Hidupkan Kasih Sejati

KET: Upacara pembasuhan kaki pada perayaan Kamis Putih di Gereja Katolik Stasi Sta. Maria Mater Dei-Raja Ampat, Kamis (17/4/2025)/Sumber foto: Dok. Gereja katolik Raja Ampat
KET: Upacara pembasuhan kaki pada perayaan Kamis Putih di Gereja Katolik Stasi Sta. Maria Mater Dei-Raja Ampat, Kamis (17/4/2025)/Sumber foto: Dok. Gereja katolik Raja Ampat
banner 120x600

 “Kasih itu adalah tindakan yang aktif, bukan pasif. Kasih sejati harus diwujudkan dalam pelayanan. Dan pelayanan itu berarti menanggalkan ego—menanggalkan jubah kebesaran atau nama besar yang kita miliki,” ujarnya.

Waisai, RajaAmpatNews— Perayaan Kamis Putih di Gereja Katolik Stasi Sta. Maria Mater Dei-Raja Ampat berlangsung khidmat dan penuh makna pada Kamis (17/4/2025). Ratusan umat mengikuti misa yang dipimpin Pastor Paroki, Romo Martin Hombahomba, Pr, yang menekankan pesan sentral tentang kasih dan kerendahan hati dalam pelayanan.

Perayaan Kamis Putih menjadi salah satu momen paling penting dalam rangkaian Pekan Suci. Malam ini, umat mengenang peristiwa Perjamuan Terakhir, saat Yesus menetapkan Sakramen Ekaristi dan membasuh kaki para murid sebagai lambang kasih dan pengabdian total. Dalam perayaan tersebut, Romo Martin membasuh kaki dua belas perwakilan umat, mengikuti teladan Yesus.

Dalam homilinya, Romo Martin mengajak umat untuk merenungkan makna terdalam dari tindakan kasih. Ia menegaskan bahwa kasih bukanlah sekadar perkataan, melainkan harus tampak nyata dalam perbuatan.

 “Kasih itu adalah tindakan yang aktif, bukan pasif. Kasih sejati harus diwujudkan dalam pelayanan. Dan pelayanan itu berarti menanggalkan ego—menanggalkan jubah kebesaran atau nama besar yang kita miliki,” ujarnya.

Lebih lanjut,Romo Martin mencontohkan kerendahan hati Yesus yang meninggalkan kemuliaan-Nya demi mengabdi dan mengasihi manusia. Dalam tindakan membasuh kaki, Yesus tidak hanya mengajar, tetapi menunjukkan secara langsung bahwa kasih tidak mencari pujian, melainkan hadir dalam kerelaan untuk melayani sampai habis-habisan.

 “Yesus menanggalkan keutamaan-Nya, merendahkan diri menjadi sama seperti manusia. Dia memberi diri-Nya, bahkan sehabis-habisnya, melalui Tubuh dan Darah-Nya yang kita rayakan dalam Ekaristi Kudus. Mari kita hidupkan kasih itu dalam keseharian, karena kasih bukan kata-kata hampa—kasih adalah warisan yang Allah percayakan kepada kita,” lanjutnya.

Rangkaian perayaan Kamis Putih diakhiri dengan perarakan Sakramen Mahakudus, tuguran yang diiringi nyanyian dan doa dari seluruh umat. Empat lingkungan di Stasi Sta. Maria Mater Dei turut ambil bagian dalam tuguran malam, menjaga Sakramen dengan doa dan permenungan hingga larut.

Ket; Perarakan dan penghormatan terhadap sakramen Maha Kudus/Foto: Petrus Rabu

Kamis Putih merupakan awal dari Tri Hari Suci (Triduum Paskah) dalam liturgi Gereja Katolik. Perayaan ini memperingati tiga peristiwa penting: penetapan Sakramen Ekaristi, lahirnya imamat suci, dan tindakan pembasuhan kaki yang melambangkan pelayanan penuh kasih dari Yesus kepada murid-murid-Nya. Dalam Kamis Putih, umat diajak untuk meneladani Yesus dalam kerendahan hati dan pengabdian tanpa syarat. Ia tidak hanya mengajarkan kasih, tetapi menghidupkannya dengan menyerahkan diri-Nya seutuhnya kepada umat manusia. Oleh karena itu, Kamis Putih bukan hanya perayaan liturgis, tetapi juga undangan untuk memperbarui komitmen dalam melayani sesama dengan tulus, rendah hati, dan penuh kasih.

Writer: Petrus RabuEditor: Petrus Rabu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page