“Mengingat sebagian besar pendapatan daerah berasal dari sektor pariwisata, keberlanjutan ekosistem Raja Ampat harus menjadi prioritas utama demi kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan ekonomi daerah,” ujarnya.
Sorong, RajaAmpatNews – Ketua Karateker Komisariat GMNI Ekonomi Universitas Victory Sorong, Paulus Buto, dengan tegas menolak rencana kehadiran perusahaan nikel di Kabupaten Raja Ampat.
Demikian Paulus Buto dalam siaran pers melalu aplikasi pepesanan yang diterima Raja Ampat News, Rabu, (19/3/2025).
Menurut Paulus Buto, keberadaan industri nikel di wilayah tersebut berpotensi membawa dampak negatif bagi masyarakat adat, sektor pariwisata, serta kelestarian lingkungan.
Ia menyoroti ancaman pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem bawah laut yang menjadi daya tarik utama Raja Ampat bagi wisatawan dari seluruh dunia.
Selain dampak lingkungan, Paulus juga mengkhawatirkan potensi konflik sosial di tengah masyarakat adat akibat aktivitas pertambangan. Ia menegaskan bahwa pemerintah, baik di tingkat provinsi Papua Barat Daya maupun Kabupaten Raja Ampat, harus mengambil langkah serius dalam menjaga kelestarian wilayah tersebut.
“Mengingat sebagian besar pendapatan daerah berasal dari sektor pariwisata, keberlanjutan ekosistem Raja Ampat harus menjadi prioritas utama demi kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan ekonomi daerah,” ujarnya.
Raja Ampat: Surga Wisata Bahari & Perikanan Berkelanjutan
Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu destinasi wisata bahari terbaik di dunia yang terkenal dengan keindahan bawah lautnya. Terletak di Provinsi Papua Barat Daya, wilayah ini terdiri dari lebih dari 1.500 pulau kecil yang mengelilingi empat pulau utama: Waigeo, Misool, Salawati, dan Batanta.
Raja Ampat menjadi rumah bagi lebih dari 75% spesies karang dunia dan ribuan jenis ikan serta biota laut lainnya. Keindahan alamnya yang masih alami menjadikan wilayah ini sebagai surga bagi penyelam dan wisatawan dari berbagai belahan dunia. Pariwisata berbasis ekowisata menjadi sektor unggulan yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, terutama melalui usaha homestay, pemandu wisata, serta produk kerajinan tangan khas Papua.
Selain sektor pariwisata, perikanan juga menjadi sektor andalan Raja Ampat. Perairannya yang kaya akan sumber daya ikan menjadikan wilayah ini sebagai salah satu daerah tangkapan ikan terbesar di Indonesia. Nelayan tradisional menggantungkan hidup mereka pada keberlanjutan ekosistem laut yang sehat, sehingga eksploitasi sumber daya alam yang tidak ramah lingkungan dapat mengancam keberlangsungan mata pencaharian mereka.
Dengan potensi wisata dan perikanan yang begitu besar, keberlanjutan lingkungan Raja Ampat harus dijaga dengan ketat. Kehadiran industri nikel dinilai dapat mengganggu keseimbangan ekosistem yang selama ini menjadi penopang ekonomi masyarakat setempat.