Jika setiap ASN memiliki mentalitas seperti ini, bukan tidak mungkin birokrasi di Indonesia akan semakin maju dan pelayanan publik akan semakin optimal. Kritik dan evaluasi bukan untuk menjatuhkan, tetapi untuk membangun. Dan hanya mereka yang memiliki komitmen dan integritas tinggi yang mampu menjadikannya sebagai pendorong untuk terus berkembang.
Beberapa hari terakhir, nama Direktur RSUD Raja Ampat, Meidi L. Maspaitela, S.Gz., MM., ramai menghiasi pemberitaan media online di Papua Barat Daya. Hal ini terjadi setelah dirinya mendapat teguran keras dari Gubernur Papua Barat Daya, Elisa Kambu, S.Sos.
Beberapa pemberitaan bahkan menyoroti bahwa dirinya diminta untuk diganti. Namun, di tengah gempuran opini publik, Meidi menunjukkan sikap luar biasa: bukan dengan pembelaan diri atau sikap defensif, tetapi dengan introspeksi dan komitmen untuk berbenah.
Tidak semua orang mampu menerima teguran dengan kepala dingin. Bagi sebagian, kritik bisa menjadi pemicu kemarahan atau bahkan tuntutan untuk mundur. Namun, hal berbeda ditunjukkan oleh Meidi. Alih-alih tersinggung, ia justru menjadikan teguran tersebut sebagai momentum untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit yang dipimpinnya.
Pernyataan evaluatif dari Gubernur disampaikan saat membuka Pra-Musrenbang Tingkat Provinsi Papua Barat Daya di Sorong pada Selasa (11/3/2025), yang dihadiri oleh para kepala daerah se-Papua Barat Daya. Dalam forum itu, Gubernur menekankan pentingnya peningkatan pelayanan di RSUD Raja Ampat agar masyarakat mendapatkan fasilitas kesehatan yang layak.
Alih-alih bersikap defensif, Meidi menyambut evaluasi tersebut dengan sikap terbuka dan penuh rasa tanggung jawab. Ia menyadari bahwa sebagai pemimpin rumah sakit, kritik adalah bagian dari proses perbaikan.
“Saya bersyukur dan berterima kasih karena Bapak Gubernur telah datang langsung ke RSUD Raja Ampat dan memberikan masukan terkait apa yang perlu dibenahi. Sebagai pimpinan, saya menerima teguran ini dengan lapang dada karena saya yakin ini adalah bentuk perhatian agar pelayanan kesehatan di Raja Ampat semakin baik,” ujarnya.
Menurutnya, teguran bukanlah bentuk penghukuman, tetapi kesempatan untuk introspeksi dan memperbaiki segala kekurangan. Baginya, seorang pemimpin harus memiliki jiwa besar untuk menerima masukan demi kepentingan yang lebih luas, yaitu masyarakat.
Meidi menegaskan bahwa kritik yang diterima justru memacunya untuk bekerja lebih keras dalam meningkatkan pelayanan di RSUD Raja Ampat. Rumah sakit ini adalah satu-satunya fasilitas rujukan bagi masyarakat dari berbagai kampung dan distrik di Raja Ampat, sehingga peningkatan kualitas layanan menjadi prioritas utama.
“Kami akan berbenah secara bertahap agar pelayanan kesehatan di RSUD Raja Ampat semakin optimal. Jika Bapak Gubernur kembali berkunjung, kami berharap beliau bisa melihat perubahan yang telah kami lakukan,” tambahnya.
Sebagai langkah konkret, Meidi juga menjelaskan bahwa RSUD Raja Ampat tengah menjalankan pembangunan rumah sakit Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC), yang merupakan salah satu lokus dari Kementerian Kesehatan dan bagian dari program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
“Pembangunan sedang berjalan, dan kami akan bekerja keras agar dalam tahun ini fasilitas tersebut dapat berdiri dan melayani masyarakat Kabupaten Raja Ampat,” jelasnya.
Meidi juga menegaskan dukungan penuh terhadap program kesehatan gratis yang telah dicanangkan oleh Bupati dan Wakil Bupati Raja Ampat. Menurutnya, kebijakan ini sejalan dengan upaya pemerintah daerah untuk memastikan bahwa seluruh masyarakat mendapatkan akses layanan kesehatan tanpa terkendala biaya.
“Pak Bupati telah menginstruksikan bahwa semua pengobatan harus gratis. Kami terus berkoordinasi terkait regulasi, terutama untuk penyakit-penyakit yang tidak tercover oleh BPJS Kesehatan. Hal ini menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah, dan kami akan terus bekerja sama dengan Bapak Bupati dan Wakil Bupati untuk langkah-langkah selanjutnya,” pungkasnya.
Inspirasi bagi ASN dalam Menerima Teguran
Sikap yang ditunjukkan oleh Meidi adalah contoh nyata bagaimana seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) seharusnya merespons kritik. Tidak semua orang mampu menerima teguran dengan lapang dada, apalagi di hadapan publik. Namun, Meidi justru melihatnya sebagai bahan evaluasi diri dan pendorong untuk menjadi lebih baik.
Apa yang ditunjukkan Meidi adalah refleksi dari jiwa kepemimpinan yang sejati: tidak mudah tersinggung, tidak mencari alasan, tetapi berani mengakui kekurangan dan siap melakukan perubahan. Dalam dunia birokrasi, sikap ini menjadi inspirasi bagi ASN lainnya untuk tidak menjadikan teguran sebagai beban, tetapi sebagai kesempatan untuk tumbuh dan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
ASN yang berjiwa besar akan memanfaatkan kritik sebagai bahan perbaikan, bukan sebagai ancaman terhadap kariernya. ASN yang profesional tidak hanya bekerja sesuai aturan, tetapi juga memiliki kesiapan mental dalam menghadapi tantangan, termasuk kritik dari pimpinan. Keberanian menerima dan menindaklanjuti teguran dengan langkah konkret adalah ciri seorang pemimpin yang bertanggung jawab.
Selain itu, ASN yang mampu merespons kritik dengan positif akan menjadi contoh bagi rekan-rekannya dalam membangun budaya kerja yang sehat dan profesional. Birokrasi yang kuat lahir dari individu-individu yang tidak takut berbenah dan terus berusaha untuk lebih baik. Sikap Meidi menjadi bukti bahwa menerima teguran bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah awal menuju pelayanan publik yang lebih baik dan berkualitas.
Jika setiap ASN memiliki mentalitas seperti ini, bukan tidak mungkin birokrasi di Indonesia akan semakin maju dan pelayanan publik akan semakin optimal. Kritik dan evaluasi bukan untuk menjatuhkan, tetapi untuk membangun. Dan hanya mereka yang memiliki komitmen dan integritas tinggi yang mampu menjadikannya sebagai pendorong untuk terus berkembang.
Penulis: Petrus Rabu/Dikutip dari berbagai sumber