SARAK, Sanggar dari Yenbekaki yang Menjaga Denyut Budaya Raja Ampat

Zeth Simson Awom/dok.pribadi
Zeth Simson Awom/dok.pribadi
banner 120x600

Yenbekaki, Raja AmpatNews— Di sebuah kampung kecil di Distrik Waigeo Timur, gema tifa dan nyanyian rakyat masih menggema dari sebuah bangunan sederhana. Di sinilah Sanggar Seni Anak Raja Ampat Kreatif, atau SARAK, berdiri sebagai benteng terakhir yang menjaga warisan budaya leluhur dari kepunahan.

Didirikan oleh anak-anak muda Kampung Yenbekaki sejak tahun 2005, SARAK bukan sekadar tempat latihan seni. Ia menjadi pengganti rumah adat yang kini sulit ditemukan, ruang belajar bersama yang hidup, dan pusat tumbuhnya kesadaran akan identitas budaya Papua. “SARAK” dalam bahasa Biak berarti gelang, simbol adat yang bukan hanya perhiasan, tapi penanda nilai-nilai budaya dan persaudaraan. Di tangan para pemuda, SARAK menjadi gelang yang menyatukan generasi muda dengan akar tradisinya.

Ketua SARAK, Zeth Simson Awom ditemui di Pelabuhan Rakyat Kota Sorong , belum lama ini  kepada Raja Ampat News menjelaskan di sanggar ini, anak-anak dan remaja diajak mengenal kembali bahasa ibu, tarian adat, nyanyian rakyat, serta teknik membuat alat musik seperti tifa, tambur, dan suling bambu. Bahkan, dalam semangat eco-budaya, SARAK juga menghidupkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga alam sebagai bagian dari warisan budaya.

“Melalui seni, kami ingin warga Raja Ampat tidak hanya dikenal karena lautnya yang indah, tapi juga karena budayanya yang hidup,” ujar Zeth Simson Awom, Ketua SARAK, yang sejak awal terlibat menghidupkan sanggar ini.

Kampung Yenbekaki-Waigeo Timur Raja Ampat, Papua Barat Daya
Kampung Yenbekaki-Waigeo Timur Raja Ampat, Papua Barat Daya

Dijelaskannya, setelah berjalan dua dekade sebagai gerakan komunitas, SARAK resmi terdaftar sebagai organisasi pada 22 Desember 2023 melalui akta notaris. Momentum ini menjadi titik tolak baru untuk memperluas jangkauan gerakan budaya mereka ke level lokal, nasional, bahkan internasional.

Dengan motto: “Menuju Kehidupan Masyarakat Raja Ampat yang Mandiri, Sejahtera, dan Berbudaya”, SARAK mengusung visi menjadikan seni sebagai cara bertahan dan berdaya di tengah arus globalisasi. Misinya pun terukur: menguatkan masyarakat melalui kreativitas, gotong royong, dan pemanfaatan seni sebagai kekuatan ekonomi.

Dari tahun ke tahun, SARAK mengadakan berbagai kegiatan mulai dari pelatihan tari dan musik, produksi asesoris adat, identifikasi benda budaya, hingga dokumentasi digital seni lokal. Tidak jarang mereka tampil dalam festival nasional, termasuk di Jombang dan sejumlah kota lainnya.

Kepengurusan SARAK terdiri dari figur-figur muda penuh semangat, mulai dari ketua, sekretaris, bendahara hingga koordinator bidang riset, dokumentasi, humas, dan pengembangan bakat. Semuanya bekerja secara sukarela demi satu tujuan: Raja Ampat yang tidak hanya eksotik, tetapi juga berbudaya dan berdaulat atas sejarahnya.

Tahun 2024 menjadi tahun penting bagi SARAK. Renovasi gedung sanggar tengah dilakukan, produksi alat musik kembali digiatkan, hingga perahu adat suku Biak jenis Wairon kembali dibangun sebagai bagian dari upaya “melawan lupa”.

“Melalui SARAK, Raja Ampat tak hanya dikenal karena karang dan pasir putihnya. Ia juga hadir sebagai pusat denyut budaya anak muda Papua yang memilih untuk tidak hanyut oleh zaman, tapi berdiri tegak, berkarya, dan menjaga pusaka,” ujar Zeth Simson Awom. (Petrus Rabu)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page