(Opini)
Oleh Joris Omkarsba*
Menjelang Paskah tahun 2025 di Israel dan Gaza, suasana Sabtu Suci di Yerusalem diwarnai ketegangan. Pemerintah Israel membatasi akses umat Kristen yang ingin beribadah di Gereja Makam Kudus. Sementara itu, di wilayah Palestina, umat Ortodoks terpaksa menggelar misa Paskah di bawah ancaman serangan udara Israel, tepat pada Minggu, 20 April 2025.
Konflik antara Israel dan Palestina yang telah berlangsung sejak zaman para nabi, kerap berakar pada kepentingan ekonomi dan politik, namun menjalar hingga isu agama. Ketegangan ini sering kali memuncak pada hari-hari besar keagamaan. Seperti yang terjadi baru-baru ini, kecurigaan terhadap potensi penyusupan membuat Israel membatasi aktivitas keagamaan pada Sabtu Suci, yang berujung pada penembakan dan menewaskan 90 orang.
Israel dan Palestina, bersama kawasan Timur Tengah, merupakan poros penting peradaban dunia—tempat lahirnya kitab-kitab suci seperti Alkitab dan Al-Qur’an. Bila konflik terus berlanjut, akan melibatkan kekuatan besar: Israel dengan sekutu NATO-nya, dan Palestina dengan dukungan negara-negara Timur Tengah serta Rusia. Ini menunjukkan bahwa perdamaian dunia masih jauh dari kata tercapai.
Namun, dari ujung timur Indonesia, tepatnya di Raja Ampat, sebuah pesan berbeda dikirimkan kepada dunia. Di Waisai, dalam Pawai Obor Paskah pada Minggu, 20 April 2025, terlihat pemandangan yang menyejukkan hati: sejumlah perempuan berhijab ikut berjalan mengelilingi lingkungan Jemaat Tasik Tiberias Siwindores Waisai, membawa obor bersama umat Kristen. Mereka dipimpin oleh Habiba Tamima, istri Wakil Bupati Raja Ampat, dan didampingi Ketua PHMJ Pdt. Jenise Koibur, S.Sti., Teol.
Keikutsertaan perempuan berhijab dalam pawai Paskah ini merupakan manifestasi dari kesadaran iman yang tinggi dari Wakil Bupati Mansur Syahdan dan istri, serta kaum muslimin dan muslimat yang tergabung dalam kelompok Barakat Raja Ampat. Tanpa keraguan, mereka mempertegas nilai-nilai luhur yang hidup dalam budaya Raja Ampat: kerukunan dan toleransi antara Islam dan Kristen.
Kerukunan ini bukan hanya simbol, melainkan representasi nyata kedamaian yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Raja Ampat. Di saat wilayah asal mula Islam dan Kristen masih dilanda konflik, Raja Ampat justru menunjukkan kepada dunia bahwa harmoni bisa terwujud. Apalagi, sebagai destinasi wisata internasional, setiap tindakan warga Raja Ampat menjadi sorotan dunia.
Partisipasi perempuan berhijab dalam Pawai Obor Paskah adalah pesan damai yang kuat. Terlebih lagi, pesan ini datang dari tanah yang dijuluki “Surga Terakhir di Bumi”. Alam Raja Ampat yang indah dan kaya kini dipadukan dengan kedamaian antarpemeluk agama. Ketika pesan ini disuarakan oleh para perempuan—simbol ketulusan, kesucian, dan kebenaran—maka gema perdamaian itu cepat sampai ke telinga dunia.
Di luar aspek agama, etika, politik, dan budaya, dari sudut pandang pariwisata, peristiwa ini adalah strategi promosi yang kuat. Kerukunan yang diperlihatkan menjadi jaminan bagi wisatawan bahwa Raja Ampat adalah tempat yang aman dan damai untuk dikunjungi. Pariwisata selalu erat kaitannya dengan rasa tenteram.
Dengan kekayaan hayati yang luar biasa, budaya yang hidup, keindahan bawah laut yang spektakuler, serta keharmonisan warganya, Raja Ampat telah menyampaikan satu pesan penting: di sini, di surga terakhir di bumi, damai adalah kenyataan—bukan sekadar impian.
*Penulis adalah jurnalis dan pengamat sosial tinggal di Waisai-Ibukota Kabupaten Raja Ampat
Catatan Redaksi Raja Ampat News
Raja Ampat News.com membuka ruang bagi masyarakat, penulis lepas, akademisi, aktivis, jurnalis warga, dan siapa saja yang ingin menyumbangkan tulisan. Kami percaya bahwa suara rakyat, ide-ide segar, dan narasi dari berbagai sudut pandang adalah kekayaan yang perlu dirawat bersama untuk mendorong kemajuan Raja Ampat.
Kami menerima tulisan dalam berbagai bentuk: Opini dan esai, Feature dan reportase, Cerita pendek atau narasi kreatif, Artikel wisata, budaya, dan lingkungan, Kritik dan resensi buku, film, music, Kolom khusus bertema sosial, pendidikan, ekonomi, dan sejarah
Ketentuan Umum:
- Panjang tulisan: 500–1200 kata.
- Tulisan orisinal (bukan plagiat dan belum pernah dipublikasikan di media lain).
- Sertakan nama lengkap, nomor kontak, dan alamat email aktif.
- Redaksi berhak menyunting naskah tanpa mengubah substansi.
- Pengiriman Naskah: Kirim tulisan Anda melalui email ke: rajaampatnews123@gmail.com
- Subjek email: Naskah [Jenis Tulisan] – [Judul Tulisan]
- Contoh: Naskah Opini – Menjaga Hutan Sasi di Raja Ampat
- Tulisan yang lolos kurasi redaksi akan dimuat di laman kami dan disebarluaskan melalui kanal resmi Raja Ampat News.
Terima kasih telah ikut menjadi bagian dari ruang cerita dan wacana publik Raja Ampat. Mari terus menulis dan menyuarakan hal-hal baik dari tanah surga kecil yang jatuh ke bumi ini serta mendorong Gerakan literasi di tengah Warga
Redaksi Raja Ampat News