Opini
Oleh : Joris Stef Omkarsba*
Pariwisata identik dengan rasa aman wisatawan ketika ingin berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata, mereka akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang keamanan tempat dimana dia akan kunjungi, apakah aman baginya atau tidak ? Rasa aman ini tidak hanya dipengaruhi oleh adanya perang, konflik sosial, ataupun keselamatan wisatawan selama perjalanan menggunakan transportasi ke suatu objek wisata, tetapi rasa aman ini juga terkait keamanan barang dari aktivitas pencurian pada tempat dimana dia kunjungi atau berada.
Pemberian rasa aman kepada wisatawan menjadi perhatian utama Kementrian Pariwisata Indonesia yang kemudian diatur dalam konsep sadar wisata Indonesia yakni Sapta Pesona dimana ‘aman’ memiliki peran penting dan berada pada urutan nomor satu dari tujuh konsep sadar wisata lainnya seperti tertib,,bersih, sejuk, indah, ramah dan penuh kenangan.
Sapta pesona disusun oleh Kementerian Pariwisata Indonesia untuk kualitas pelayanan pariwisata kepada wisatawan tetapi sekaligus untuk meningkatkan pertumbuhan pariwisata karena pariwisata adalah produk jasa yang sangat erat kaitannya dengan service atau pelayanan. Jika kita tidak melayani wisatawan dengan memberikan kenangan yang baik, wisatawan tidak akan kembali lagi ke suatu kawasan wisata dan isu itu akan menyebar ke semua calon wisatawan karena didalam pariwisata, mouth to mouth communication atau komunikasi dari mulut ke mulut lebih efektif, isu akan menyebar dengan sangat cepat.
Jika seringkali terjadi pencurian di suatu tempat maka kawasan tersebut mendapat signal kurang bagus dan mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung kesana apalagi menghabiskan waktu tinggal yang lama. Akibat dari hal tersebut maka pertumbuhan pariwisata di suatu kawasan atau objek wisata tidak akan bertumbuh dan mempengaruhi perekonomian daerah tersebut.
Ibu kota kabupaten Raja Ampat, Waisai Torang Cinta, merupakan kawasan pariwisata yang baru tumbuh sejak tahun 2014 setelah adanya Sail Raja Ampat, kota kecil ini mulai dipenuhi hotel, cafe, rental mobil dan infrastruktur lainnya. Raja Ampat sebagai daerah tujuan wisata baru dunia memiliki magnet yang menarik minat ribuan orang untuk berkunjung kesini, tak luput kota Waisai menerima manfaatnya juga walaupun kepariwisataan ibu kota kabupaten ini belum ditata dengan baik, pelayanan sangat lemah.
Tidak ada pembinaan terhadap pelayanan hotel dan cafe, tidak ada pembekalan kepada pemandu wisata bagaimana seharusnya melayani tamu dan memberi kesan yang mendalam selama dia berada di kota Waisai, tidak ada daya tarik wisata yang memaksa calon wisatawan untuk mengunjungi kota Waisai,tidak ada kenangan yang harus diingat dan memotivasinya untuk kembali lagi.
Secara ekonomi, tidak ada uang yang berputar di dalam Kota Waisai, kota mungil ini kehilangan magnetnya untuk menarik minat wisatawan datang dan tinggal, hal ini lebih diperparah dengan adanya Covid-19, perekonomian mati total dan enggan untuk bangkit sendiri karena tidak ada daya tarik yang memikat wisatawan untuk berkunjung ke Waisai, apalagi ada pasar kumuh yang berada ditengah pusat pariwisata kota semakin memperburuk citra wisata kota Waisai.
Pelaku jasa usaha wisata di kota Waisai hanya bisa berharap pemasukan dari kunjungan kenegaraan, urusan bisnis, dan even even pemerintah seperti Festival, hari hari besar, HUT Raja Ampat, serta mengharapkan gaji ASN dan perputaran projek APBD pemerintah.
Akhir-akhir ini marak kasus pencurian yang disuarakan di media sosial dimana penduduk kota Waisai telah merasa jenuh, tidak ada perhatian dari pemerintah dan pihak yang berwenang, jika hal ini dibiarkan maka akan menjadi kebiasaan yang sulit diatasi dan memberi pesan Kota Waisai tidak aman serta berdampak pada kualitas layanan wisata dan mempengaruhi pertumbuhan pariwisata di Waisai.
Kasus pencurian di dalam Kota Waisai dan keonaran yang marak terjadi di pantai WTC akan semakin memperkokoh posisi Kota Waisai sebagai kota yang tidak aman, apalagi ditambah kota kecil terkotor di Indonesia, ditambah pelayanan yang lemah maka Waisai bukan tempat yang menjadi pilihan untuk berlibur.
Sapta Pesona telah memberi warning kepada kita bahwa rasa aman sangat penting dalam pertumbuhan pariwisata, jika kasus pencurian di Kota Waisai semakin marak dan tidak bisa diatasi maka hal ini merupakan lampu kuning bagi pengembangan dan pertumbuhan pariwisata di ibukota kabupaten Raja Ampat, calon wisatawan merasa tidak aman berwisata ke Kota Waisai dan memilih daerah tujuan wisata lain sebagai pilihannya
*Penulis adalah alumni Management Pariwisata Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung