“Menjadi Pribadi yang Setia dan Rendah Hati”

Pastor Ardus Endi (Dok.Pribadi)
Pastor Ardus Endi (Dok.Pribadi)
banner 120x600

RENUNGAN MINGGUAN (MINGGU, 31 Agustus 2025)

Oleh: Pastor Ardus Endi*

Saudara/-i yang terkasih dalam Kristus Tuhan, pada hari ini kita memasuki HM Biasa ke-XXII. Bacaan-bacaan suci yang kita renungkan bersumber dari tiga perikop (Sir. 3:17-18.20.28-29; Ibr. 12:18-19.22-24a; Luk. 14:7-14). Dengan membaca secara cermat ketiga bacaan ini, sesungguhnya ada banyak wejangan spiritual yang bisa kita timba. Namun, saya hanya fokus pada tiga hal yang amat relevan dengan konteks kehidupan kita sehari-hari.

Pertama, ajakan bagi kita untuk selalu setia dalam melakukan setiap pekerjaan. Hal ini terungkap jelas dalam bacaan pertama. Penulis Kitab Putra Sirakh mengamanatkan: “Anakku, lakukanlah segala pekerjaanmu dengan sopan, maka engkau akan lebih disayangi daripada orang yang ramah tamah” (Sir. 3:17). Masing-masing dari kita memiliki tugas dan tanggung jawab, baik dalam keluarga, komunitas biara, sekolah, tempat kerja, maupun di mana saja kita berkarya. Untuk mencapai hasil yang baik, dibutuhkan kesetiaan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Komitmen setia dalam tugas adalah kunci utama untuk meraih keberhasilan. Di samping itu, semua pekerjaan mesti dijalankan dengan etika, tata krama, dan sopan santun. Sesuatu yang baik akan bernilai positif bila ada kesinambungan antara niat, cara, dan hasil. Tanpa sopan santun, seluruh proses dan hasil pekerjaan bisa ternodai.

Kedua, ajakan untuk selalu datang kepada Tuhan. Selain setia bekerja, kita diajak pula untuk setia datang dan bertemu Tuhan, entah dalam doa maupun Ekaristi. Hal ini tampak dalam bacaan kedua. Penulis Surat kepada Orang Ibrani menegaskan: “Dan kamu, hendaklah datang kepada Yesus, pengantara Perjanjian Baru” (Ibr. 12:24a). Istilah “datang” di sini memiliki makna ganda. Secara tekstual, ia berarti aktivitas fisik: berpindah dari titik awal menuju tujuan, sebagaimana Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin Farisi (Luk. 14:1). Penulis Ibrani mengulang kata ini empat kali: “datang kepada gunung…” (ay. 18), “datang ke Bukit Sion” (ay. 22a), “datang kepada beribu-ribu malaikat” (ay. 22b), dan “datang kepada Yesus” (ay. 24a). Namun, secara simbolis, “datang” berarti sikap iman yang mendamba belas kasih Allah. Kesetiaan kita untuk terus datang kepada Tuhan menunjukkan seberapa dalam kualitas iman kita.

Ketiga, ajakan untuk selalu bersikap rendah hati. Kerap kali, ketika berhasil meraih prestasi gemilang, kita tergoda untuk angkuh, merasa paling hebat, lalu meremehkan orang lain. Kita lupa bahwa keberhasilan kita juga berkat bantuan banyak orang yang mendidik dan mendewasakan kita. Menghadapi kenyataan ini, Penulis Kitab Putra Sirakh mengingatkan: “Makin besar engkau, patutlah makin kaurendahkan dirimu, supaya engkau mendapat karunia di hadapan Tuhan” (Sir. 3:18). Kerendahan hati adalah jembatan untuk memperoleh kasih karunia Allah, sedangkan keangkuhan hanya mendatangkan kemalangan. Hal ini juga ditekankan Yesus dalam Injil: “Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan” (Luk. 14:11). Dengan rendah hati, kita menjadi pribadi bijaksana dan bernilai di hadapan Tuhan serta sesama.

Saudara/-i yang terkasih dalam Kristus, terinspirasi dari bacaan-bacaan hari ini, marilah kita selalu setia melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawab kita dengan baik. Berusahalah untuk rendah hati, dan yang terpenting, jangan pernah lupa untuk datang kepada Tuhan. Datanglah terus kepada Yesus kapan saja, entah dalam keadaan baik maupun tidak baik. Jangan biarkan iman kita bergantung pada suasana hati. Mari kita memohon rahmat Tuhan agar mampu menjadi pribadi yang setia dan rendah hati.

Semoga Tuhan berkenan memberkati kita semua. Amin.

*Penulis adalah pengajar di Seminari Petrus van Diepen-Kabupaten Sorong

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page