WAIGEO SELATAN, RajaAmpatNews — Pemerintah Kabupaten Raja Ampat melalui Dinas Perikanan kembali menggelar pelatihan diversifikasi usaha pembuatan Ecoprint bagi ibu-ibu nelayan, yang berlangsung di Kampung Friwen, Distrik Waigeo Selatan. Kamis (2-4/10/2025)
Plt. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Raja Ampat Fransiska Wanma, saat memberikan sambutan, menegaskan dukungan penuh pihaknya terhadap program pelatihan Eco print yang digagas Dinas Perikanan. Ia menyebut Eco print sebagai peluang usaha baru yang dapat menjadi alternatif bagi ibu-ibu nelayan, terutama saat musim ombak atau ketika hasil tangkapan berkurang.
“Hari ini kita percaya menjadi berkat, dan kita pun akan menjadi saluran berkat bagi orang lain. Kami dari Dinas Koperasi dan UKM mendukung penuh kegiatan ini. Sebelumnya di Kampung Pam, antusiasme ibu-ibu luar biasa, dan hasilnya juga sudah terlihat. Bahkan saya sendiri menerima oleh-oleh tas hasil Ecoprint buatan mereka,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Dinas Koperasi dan UKM telah membentuk Koperasi Merah Putih di seluruh kampung di Raja Ampat, termasuk di Distrik Waigeo Selatan. Namun, hingga kini unit usaha Ecoprint belum masuk ke dalam struktur koperasi tersebut.

“Kami mengimbau aparat kampung dan anggota koperasi untuk mengusulkan Eco print sebagai unit usaha baru dalam Koperasi Merah Putih. Dengan begitu, ibu-ibu punya wadah usaha yang berkelanjutan dan hasilnya bisa ditampung serta dipasarkan melalui koperasi,” tambahnya.
Menurutnya, keberadaan Koperasi Merah Putih sangat strategis karena kini menjadi salah satu syarat pencairan dana desa tahap dua. Ia berharap koperasi tidak hanya menjadi formalitas administratif, tetapi juga benar-benar berfungsi sebagai penampung dan penggerak ekonomi masyarakat kampung.
Selain itu, Dinas Koperasi juga menyiapkan ruang pemasaran bagi produk UMKM Raja Ampat di terminal penumpang baru Waisai. Produk-produk lokal, termasuk Eco print, anyaman, maupun olahan kuliner khas pesisir, dapat dipasarkan di sana melalui koperasi.
“Ibu-ibu tidak perlu repot. Cukup duduk tenang di kampung, hasilnya bisa dititipkan ke koperasi, lalu kami yang pasarkan di Waisai. Jadi koperasi betul-betul harus difungsikan,” jelasnya.
Ia juga menyinggung pentingnya memperkuat identitas lokal pada produk kerajinan Raja Ampat. “Misalnya tas anyaman pandan, itu banyak dijual di daerah lain. Tetapi kalau ditambahkan label khas Raja Ampat, produk itu akan memiliki nilai lebih dan bisa menjadi ikon daerah,” tuturnya.

Sebagai penutup, ia mengungkapkan kolaborasi yang tengah dijajaki bersama Balai Latihan Kerja (BLK) Sorong, salah satunya dalam pelatihan menjahit untuk ibu-ibu di Waisai. Ia berharap pelatihan Eco print ini juga dapat terkoneksi dengan program Dinas Koperasi, sehingga dukungan berupa mesin jahit atau peralatan produksi bisa disalurkan.
“Kami ingin agar setiap pelatihan tidak berhenti sebagai kegiatan seremonial, tetapi betul-betul memberi dampak nyata bagi peningkatan ekonomi keluarga. Eco print ini punya potensi besar, dan melalui koperasi kita bisa memastikan produk ibu-ibu Raja Ampat menembus pasar yang lebih luas,” pungkasnya.
Writer: Agustinus Guntur II Editor: Petrus Rabu