Yensawai, RajaAmpatNews–Bupati Raja Ampat Orideko Iriano Burdam,S.IP, MM, M.Ec.Dev secara resmi menutup sasi berupa pelarangan mengambil hasil laut sejenis tertentu yang di larang bersama antara masyarakat setempat.
Kelompok Perempuan Laut atau disebut Bin Soren Kampung Yensawai, Distrik Batanta Utara bekerjasama dengan Yayasan Bumi Papua Lestari melalui pendanaan Blue Abadi Fund(BAF) siklus ke-5, berinisiatif melaksanakan prosesi Sasi berupa pelarangan mengambil hasil laut jenis tertentu dalam kurun waktu yang telah ditetapkan bersama, dimana kali ini jenis biota laut yang diberlakukan Sasi adalah biota laut Lobster, Lola atau Siput laut dan Teripang.

Kegiatan ini dilaksanakan pada, Sabtu (17/05/2025) kemarin harmonisasi antara warisan adat istiadat dengan iman umat beragama tercermin dalam budaya Sasi yang dimiliki masyarakat Raja Ampat. Hal inilah yang kemudian disampaikan Bupati Raja Ampat, Orideko I. Burdam saat akan menutup Sasi di Kampung Yensawai untuk dua tahun kedepan.
Seperti yang tertulis pada baju kaos yang dikenakan para anggota kelompok Bin Soren, ‘Sasi adalah budaya kita, lestarikan sasi, alam terjaga, hasil melimpah, kitong senang’, Bupati menekankan agar budaya ini terus dijaga untuk kelestarian alam yang terus dapat dimanfaatkan hingga ke anak cucu generasi masa depan Raja Ampat.
“Dengan doa dalam pelaksanaan ibadah yang telah kita ikuti bersama, saya tutup Sasi Lobster, Lola dan Teripang di Kampung Yensawai,” ujar Bupati
Prosesi Sasi ini dimulai dengan pelaksanaan ibadah di gedung Gereja Kristen Injili(GKI) Lahairoi yang diikuti oleh masyarakat Kampung Yensawai dengan mengikutsertakan biota laut yang akan diberlakukan Sasi, yakni Lobster, Lola dan Teripang didalam Coolbox. Setelah pelaksanaan ibadah, Tetua Adat, Pihak Gereja Lahairoi, Kelompok Bin Soren, Aparat Kampung serta masyarakat menuju lokasi Sasi menggunakan speedboat dan longboat.

Dilokasi Sasi, diawali oleh pemilik hak Ulayat, Hendrik Saleo, yang membawa Kakes atau persembahan dari pinang, sirih, tabaku gulung dan koin yang dipersembahkan kepada leluhur Lalu dilanjutkan oleh Pdt. Mersy Natalia Makapuan dari Pihak Gereja, Fredrik Bunman dari Pihak Pemerintah Kampung, dan Martinus Omkarsba dari Pihak Tokoh Adat yang satu persatu melepaskan biota laut sebagai tanda Sasi Kampung Yensawai telah ditutup untuk nantinya dibuka kembali dua tahun kedepan.