Waisai, RajaAmpatNews— Dalam upaya menjaga keindahan alam dan mendukung pariwisata berkelanjutan, Kementerian Lingkungan Hidup melalui Badan Pengendalian Lingkungan Hidup menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Strategi Pengelolaan Sampah di Kabupaten Raja Ampat dalam Mendukung Wisata Berkelanjutan”, yang berlangsung di Aula Dolphin, Waisai, Kamis (7/8/2025).
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Raja Ampat, Marthen Luther Bartholomeus, S.T., M.Si., yang dalam sambutannya menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dalam upaya penuntasan persoalan sampah, khususnya di daerah kepulauan seperti Raja Ampat.
“Pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah daerah, tetapi juga menjadi tugas bersama antara pemerintah pusat, pelaku usaha, komunitas, dan masyarakat,” ujarnya.
FGD ini menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai sektor, yang memberikan perspektif komprehensif terhadap isu persampahan di Raja Ampat.
Iwan Kurniawan, S.Hut., M.Si., Kepala Bidang Wilayah I Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Papua, membuka sesi materi dengan membawakan paparan bertajuk “Kondisi Pengelolaan Sampah di Kabupaten Raja Ampat”.
Ia mengungkapkan sejumlah tantangan utama yang dihadapi, mulai dari keterbatasan infrastruktur, akses antar pulau, hingga minimnya kesadaran masyarakat terhadap pemilahan dan pengelolaan sampah rumah tangga.

Selanjutnya, Veronika Virly Yuriken, Ketua Yayasan Misool Foundation sekaligus pengelola Bank Sampah Induk Sorong Raya, saat mengikuti kegiatan melalui zoom menjelaskan peran strategis bank sampah dalam sistem ekonomi sirkular.
Dalam materinya berjudul “Peran Bank Sampah dalam Pengelolaan Sampah di Wilayah Kabupaten Raja Ampat yang Berupa Kepulauan”, ia menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat lokal dalam praktik daur ulang dan pemanfaatan sampah sebagai sumber ekonomi alternatif.
Dari sektor swasta, Amanda Marcella, Direktur Sustainability Hotel Potato Head Seminyak Bali, turut berbagi praktik terbaik pengelolaan sampah dari dunia perhotelan. Dalam pemaparannya yang berjudul “Best Practices Pengelolaan Sampah pada Hotel di Bali”, Amanda menjelaskan langkah-langkah konkret yang dilakukan pihaknya, mulai dari pengurangan penggunaan plastik sekali pakai hingga inovasi kompos limbah organik dan pengolahan limbah internal hotel.
Menutup sesi materi, Marthen L.R. Bartholomeus, S.T., M.Si kembali tampil membawakan presentasi bertajuk, “Rencana Aksi Akselerasi Penuntasan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Raja Ampat”.
Ia memaparkan roadmap strategis pengelolaan sampah di Raja Ampat, termasuk pengembangan regulasi lokal, perluasan fasilitas TPS 3R, serta kolaborasi dengan pelaku wisata dan komunitas lokal.
Kegiatan ini menjadi ruang diskusi produktif antar pemangku kepentingan untuk merumuskan langkah-langkah konkret dalam menghadapi tantangan pengelolaan sampah di Raja Ampat—salah satu destinasi wisata kelas dunia yang keindahan alamnya harus dijaga secara berkelanjutan.
Peserta FGD berasal dari unsur pemerintah daerah, komunitas lingkungan, pelaku usaha pariwisata, LSM, hingga akademisi, yang semuanya memiliki kesamaan visi untuk menjadikan Raja Ampat bersih, lestari, dan berdaya saing dalam pariwisata global. (Agustinus Guntur)