Aksi Pelepasan Tukik Penyu di Yenbekaki Jadi Momentum Konservasi dan Ekowisata

banner 120x600

Waisai, RajaAmpatNews- Pemerintah Kabupaten Raja Ampat bersama masyarakat adat Kampung Yenbekaki menggelar aksi pelepasan tukik penyu di Pantai Warebar pada tanggal 31 Juli 2025 lalu. Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam konservasi penyu belimbing, satwa langka yang menjadi ikon wilayah tersebut, sekaligus menghidupkan tradisi sasi sebagai warisan kearifan lokal.

Dalam kesempatan tersebut, Bupati Raja Ampat diwakili oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Marthen Luther Bartholomeus, yang menyampaikan sambutan. Ia menyampaikan rasa syukur atas kesempatan untuk melaksanakan aksi pelepasan tukik yang diinisiasi oleh Sanggar SARAK dan masyarakat adat Kampung Yenbekaki.

Kegiatan ini bukan hanya simbolis, melainkan wujud nyata harmoni antara tradisi dan upaya konservasi modern. Sejak 2005, masyarakat Yenbekaki telah berdedikasi dalam penangkaran semi alami penyu, berhasil meningkatkan populasi tukik dan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Tradisi sasi yang telah dipraktikkan oleh Sub Suku Ambel selama berabad-abad kini dihidupkan kembali sebagai sistem konservasi yang efektif.

Pemerintah daerah berkomitmen untuk mendukung penuh upaya konservasi ini melalui kebijakan, penyediaan fasilitas, dan pengembangan pariwisata berkelanjutan. Kampung Yenbekaki dianggap memiliki potensi besar menjadi destinasi ekowisata yang memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat tanpa merusak lingkungan.

Kepala Kampung Yenbekaki, Roni F. Bonsapia, melalui Pengurus Sanggar SARAK, Zeth Simson Awom, yang baru menyampaikan laporannya kepada Raja Ampat News pada Selasa (12/8/2025), menjelaskan bahwa Yenbekaki dikenal sebagai gerbang timur kampung wisata dan seni budaya Raja Ampat dengan potensi unggulan seperti hutan dengan beragam biota dan burung, satu-satunya wilayah bertelur penyu belimbing di Raja Ampat, sumber mata air yang menghasilkan air terjun “Weyasu”, serta pelestarian nyanyian dan tarian khas Papua yang masih hidup.

Namun, masyarakat masih menghadapi kendala untuk mengembangkan sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata sehingga memerlukan dukungan pemerintah dan berbagai pihak. Mereka berharap pembangunan infrastruktur seperti listrik, sekolah, pelabuhan, sarana pertanian, fasilitas perikanan, penegakan hukum terhadap aktivitas ilegal, program pengembangan pariwisata berkelanjutan, penguatan konservasi penyu, dukungan deklarasi konservasi penyu, serta pembangunan monumen penyu belimbing ikonik terbesar di dunia dapat segera terwujud.

Kadis Lingkungan Hidup menutup sambutannya dengan harapan agar setiap tukik yang dilepaskan dapat tumbuh menjadi penyu dewasa dan kembali bertelur di Pantai Warebar. Ia juga berharap aksi ini menjadi inspirasi bagi kampung-kampung lain di Raja Ampat dan seluruh Indonesia, serta menjadi model konservasi berbasis masyarakat yang dapat direplikasi lebih luas. Kegiatan pelepasan tukik ini bukan hanya simbol harapan, melainkan doa untuk masa depan yang lebih berkelanjutan demi generasi mendatang.

Hadir dalam acara tersebut perwakilan dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Papua Barat Daya, Kepala Distrik Waigeo Timur, Kepala Kampung Yenbekaki, Ketua III Sub Suku Ambel Wilayah III, Bapak Moktar Weju, Ketua Sanggar SARAK Yenbekaki, Bapak Zeth S. Awom, para tokoh adat dan pimpinan lembaga adat Ambelworem, masyarakat adat Suku Ambel dan Suku Biak di Kampung Yenbekaki. (Petrus Rabu)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page