Waisai, RajaAmpatNews – Selama satu bulan penuh, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Sorong (UMS) menggerakkan 50 program pemberdayaan di empat kelurahan di Kota Waisai, Raja Ampat. Program yang diberi nama “Laskar Waisai” ini resmi ditutup melalui acara penarikan di Aula Wayag, Kantor Bupati Raja Ampat, Selasa (19/8/2025), yang turut dihadiri Wakil Bupati Raja Ampat, Drs. Mansyur Syahdan, M.Si, pimpinan OPD, dosen pembimbing, serta para mahasiswa.
Ketua Tim KKN, Halizah Ayswhara, dalam laporannya menegaskan bahwa 50 program yang mereka jalankan tidak sekadar formalitas, melainkan berangkat dari kebutuhan masyarakat. “Kami berupaya agar setiap program menjawab persoalan nyata warga dan bisa diteruskan meskipun KKN telah selesai,” ujarnya.
Program KKN tersebar di empat kelurahan—Waisai Kota, Sapordanco, Warmasen, dan Bonkawir—dengan cakupan beragam bidang, mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga lingkungan dan teknologi. Di Waisai Kota, mahasiswa melatih UMKM akuntansi sederhana, mengadakan literasi baca untuk siswa SD, serta menggandeng Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam penyuluhan pencegahan KDRT. Di Sapordanco, mereka mendorong UMKM go digital, memasang papan edukasi umur sampah di titik strategis, hingga membantu warga mendaftar BPJS Kesehatan.
Kelurahan Warmasen menjadi laboratorium kreatif dengan pelatihan pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah, disertai sosialisasi hukum disiplin bagi siswa SMK. Sementara di Bonkawir, mahasiswa menghadirkan pelatihan komputer dasar, digitalisasi usaha kecil melalui Google Maps, serta edukasi bahaya rokok, miras, dan narkoba bagi remaja.
Sejumlah program lahir dari kolaborasi lintas pihak, mulai dari Dinas Koperasi dan UKM, BPJS Kesehatan, DP3A, komunitas belajar, sekolah, hingga perangkat kelurahan. Semua diarahkan pada satu tujuan: membangun masyarakat yang sehat, produktif, aman, serta melek literasi dan digital.
“Kami berharap inisiatif-inisiatif ini tidak berhenti pada seremoni penarikan, tetapi bisa diadopsi dan dikembangkan oleh pemerintah kelurahan, sekolah, komunitas, maupun UMKM,” kata Halizah.
Dengan 50 program yang dituntaskan, KKN UMS di Kota Waisai meninggalkan jejak nyata: dari anak-anak yang lebih akrab dengan literasi, UMKM yang mulai memahami pencatatan dan digitalisasi, hingga remaja yang semakin sadar akan bahaya kenakalan. “Semoga semua ini benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat,” tutup Halizah. (Agustinus Guntur)