Dukung PMBG, Dinas Pertanian Raja Ampat Siap Suplai Telur dan Dorong Petani Sayur Lokal

KET: Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Raja Ampat, Walujo Birawa Hargo/Foto: Petrus Rabu
KET: Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Raja Ampat, Walujo Birawa Hargo/Foto: Petrus Rabu
banner 120x600

Waisai, RajaAmpatNews— Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Raja Ampat menyatakan kesiapannya mendukung Program Makan Bergizi Gratis (PMBG) yang dicanangkan pemerintah pusat. Kepala Dinas, Walujo Birawa Hargo, mengatakan dukungan diberikan melalui penyediaan bahan pangan lokal seperti telur dan sayur dari kelompok tani yang ada di Waisai.

“Telur kami sudah siap. Produksi kami rata-rata dua ram per hari. Selain itu, Kodim juga memelihara ayam petelur. Jadi kami kolaborasi mendukung PMBG,” ujar Walujo saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (8/8/2025).

Peternakan ayam petelur milik dinas terletak di kawasan sebelum perumahan 300, di pinggir jalan utama. Lokasi ini telah berproduksi sejak masa kepemimpinan Kepala Dinas sebelumnya, Rahman Wairoy. Awalnya, dinas juga memelihara ayam pedaging, namun permintaannya kalah bersaing dengan ayam beku dari luar daerah.

Produksi telur digunakan untuk mendukung program PMBG, tetapi tidak disalurkan langsung oleh dinas. Masyarakat maupun mitra penyedia PMBG bisa membeli langsung dari dinas. Harga jual telur bervariasi, antara Rp70.000 hingga Rp75.000 per ram, tergantung ukuran dan kualitas.

“Yang kecil harganya di bawah Rp70 ribu. Kadang ada yang jual sampai Rp40 ribu per ram,” tambahnya.

Untuk mendukung kecukupan sayur dalam PMBG, dinas bekerja sama dengan kelompok tani lokal. Pemerintah memberikan bantuan berupa pupuk, alat pertanian, dan pendampingan agar petani mampu meningkatkan produksi dan menghasilkan sayur berkualitas. Di Waisai, beberapa jenis sayur seperti sawi, kangkung, dan bayam sudah mengalami surplus. Hanya kentang dan wortel yang masih dipasok dari luar. Komoditas cabai pun sudah mulai dibudidayakan secara lokal, meski hasilnya masih fluktuatif karena gangguan hama.

Walujo menjelaskan bahwa salah satu tantangan besar dalam pengembangan sektor pertanian dan peternakan di Raja Ampat adalah keterbatasan sumber daya manusia dan lahan. Banyak wilayah di Pulau Waigeo masuk dalam kawasan cagar alam dan konservasi, sehingga sulit dijadikan lahan produksi. Akibatnya, produksi beras lokal di Raja Ampat baru mencapai sekitar lima persen dari kebutuhan.

Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, dinas telah mengusulkan bantuan alat pertanian dan pembangunan irigasi di wilayah Salawati. Selama ini, petani hanya bisa melakukan satu kali tanam dalam setahun (IP1). Jika sistem irigasi diperbaiki dan petani mendapat dukungan modal, maka intensitas tanam bisa ditingkatkan. Bantuan benih, pupuk, dan peralatan juga telah diupayakan melalui APBD dan APBN.

Melalui program PMBG, pasar bagi hasil pertanian lokal kini terbuka lebih luas. Karena itu, Walujo mengajak para petani untuk lebih semangat dalam menanam dan meningkatkan kualitas hasil produksi mereka.

“Sekarang tinggal petaninya siap atau tidak. Pemerintah sudah hadir, pasar terbuka, tinggal kemauan untuk kerja lebih giat,” pungkasnya.

You cannot copy content of this page