Waigeo Selatan, RajaAmpatNews – Pelatihan diversifikasi usaha melalui pembuatan produk eco print bagi ibu-ibu nelayan di Kampung Friwen, Distrik Waigeo Selatan, resmi ditutup, Sabtu (4/10/2025). Program yang berlangsung sejak 2 Oktober ini menghadirkan instruktur profesional dari Zie Batik Semarang, Marheno Jayanto, bersama asistennya, Sasi Syifaurohmi, serta diikuti 30 peserta dari lima kampung di Waigeo Selatan.
Berbeda dengan dua hari sebelumnya yang berfokus pada teori dasar dan praktik, sesi penutupan diisi dengan evaluasi serta kuis interaktif. Para peserta diminta menjelaskan kembali proses pembuatan produk eco print, dengan hadiah khusus bagi yang berhasil menjawab pertanyaan instruktur. Cara ini dilakukan agar keterampilan yang sudah diperoleh dapat terus diingat dan diterapkan.
Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Perikanan, Nani Iriani Tamima, S.Pi, menegaskan pentingnya kesinambungan pelatihan.

“Saya berharap mama-mama bisa terus mengembangkan kreativitas, khususnya dalam desain motif kain. Pelatihan ini jangan berhenti di sini. Kami akan tetap mendampingi, bahkan ada rencana berlanjut ke pelatihan menjahit. Jadi ilmu ini jangan sampai hilang begitu saja,” ujarnya saat menutup kegiatan.
Asisten instruktur Zie Batik, Sasi Syifaurohmi, mengaku antusias bisa berbagi ilmu di Raja Ampat.
“Selama tiga hari ini kami membuat produk dari berbagai bahan, mulai dari kain sutra, katun primis, tas, hingga syal. Semua karya mama-mama punya kualitas layak jual. Apalagi Raja Ampat punya sumber daya alam luar biasa yang bisa mendukung eco print berkembang,” ungkapnya.
Ia menambahkan, semangat peserta sangat tinggi dan sudah ditunjang peralatan dari dinas terkait. Hal tersebut menjadi modal awal agar keterampilan ini bisa berlanjut menjadi usaha produktif yang menopang perekonomian keluarga.
Sementara itu, perwakilan peserta dari Kampung Yenbeser, Lusi Leasiwal, menyampaikan apresiasi mendalam.
“Kami baru pertama kali mengikuti kegiatan seperti ini, manfaatnya sangat besar untuk menambah penghasilan keluarga. Kami bersyukur kali ini dinas langsung berkoordinasi dengan kepala kampung sehingga masyarakat bisa terlibat, bukan hanya keluarga tertentu saja,” ujarnya.

Lusi berharap ke depan lebih banyak pelatihan serupa digelar, baik dari Dinas Perikanan maupun instansi lain, dengan sosialisasi langsung ke masyarakat.
“Kami berdoa semoga Tuhan memberkati instruktur dan pendamping yang dengan sabar membimbing kami,” tambahnya.
Melalui pelatihan eco print ini, ibu-ibu nelayan tidak hanya memperoleh keterampilan baru, tetapi juga peluang usaha kreatif yang bernilai ekonomi.
Dengan dukungan dinas Perikanan, program lanjutan seperti pelatihan menjahit dan forum kelompok kreatif antar kampung diproyeksikan menjadi langkah berikutnya dalam memperkuat pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir Raja Ampat.
Writer: Agustinus Guntur II Ediror; Petrus Rabu