Oleh: Pastor Ardus Endi
Renungan Mingguan (Minggu, 24 Agustus 2025)
Saudara/-i yang terkasih dalam Kristus Tuhan, pada hari ini kita memasuki Hari Minggu Biasa ke-XXI. Bacaan-bacaan suci yang kita renungkan bersumber dari tiga perikop: Bacaan I (Kitab Nabi Yesaya): Yes. 66:18-21; Bacaan II (Surat kepada Orang Ibrani): Ibr. 12:5-7.11-13; dan Injil: Luk. 13:22-30.
Salah satu pesan yang sangat kuat dari keseluruhan bacaan hari ini adalah tentang pentingnya saling menasihati atau, dalam bahasa Injil, saling mengajar satu terhadap yang lain. Kesediaan kita untuk saling menasihati merupakan bentuk nyata ekspresi iman kepada sesama. Dengan saling menasihati, kita menunjukkan kepedulian dan solidaritas. Inilah salah satu contoh perbuatan baik: menolong orang lain keluar dari kesusahan, sekaligus mengarahkan pada jalan yang benar.
Sebagai orang beriman, kita memiliki kewajiban untuk mengekspresikan iman dengan peduli kepada semua orang. Kita diajak untuk terus berlangkah, terus berjalan sambil berbuat baik. Entah kepada siapa kita bertegur sapa, dan di mana pun kita berada, kita diharapkan selalu berbuat baik.
Mari kita belajar dari Yesus, Sang Guru Agung. Seperti yang dinarasikan pada bagian awal Injil hari ini, “Yesus selalu berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar” (Luk. 13:22). Tindakan Yesus ini memperlihatkan kepada kita bahwa fokus utama karya pastoral-Nya adalah pemberdayaan manusia. Istilah mengajar selalu dikaitkan dengan pendidikan, yang pada dasarnya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mencerdaskan pribadi, dan membentuk kehidupan yang lebih baik.
Dalam hal ini, kita mengenal pendidikan formal di sekolah dan pendidikan non-formal di rumah atau masyarakat. Yesus sendiri menerapkan pola pendidikan non-formal. Ke setiap kota dan desa, Ia mendidik dan mengajar banyak orang.
Maka jelas bahwa misi kemanusiaan menjadi inti dari seluruh gerak pastoral Yesus. Dengan mengajar, Ia ingin mencerdaskan setiap pribadi agar bermanfaat dan bermartabat. Injil-injil sinoptik menarasikan banyak kisah pastoral Yesus yang berfokus pada pemberdayaan manusia. Dalam Mrk. 6:34, Yesus mengambil inisiatif menjadi gembala dengan mengajar banyak hal bagi orang banyak. Kisah serupa terdapat dalam Mat. 9:35: “Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat…”
Apa yang Yesus ajarkan tidak dijelaskan secara gamblang, tetapi sebagai seorang gembala, Ia pasti mengajarkan hal-hal baik yang membawa kebahagiaan dan keselamatan. Dalam khotbah dan pengajaran-Nya, Yesus selalu memberi nasihat, kebijaksanaan, kabar baik, serta mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
Saudara/-i yang terkasih, sama seperti Yesus, kita pun diajak bergiat dalam tugas pengajaran: menasihati teman, suami-istri, anak-anak, dan siapa saja yang kita jumpai. Dalam hidup sehari-hari, nasihat sering dianggap sebagai pembatasan kebebasan. Namun bila dilihat lebih jauh, setiap nasihat selalu bermuatan positif dan bertujuan membawa perubahan baik.
Inilah yang ditekankan oleh Penulis Surat kepada Orang Ibrani. Dalam Bacaan II kita mendengar: “Saudara-saudara, janganlah kamu lupa akan nasihat yang berbicara kepada kamu… janganlah meremehkan didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan oleh-Nya… Jika kamu menerima hajaran, maka di situ Allah memperlakukan kamu sebagai anak” (Ibr. 12:5-7).
Setiap nasihat atau ajaran memang kadang terasa keras, tetapi bertujuan baik supaya kebaikan itu dirasakan semua orang. Model pembinaan keras namun tegas, baik di rumah, asrama, maupun sekolah, pada dasarnya baik karena membentuk karakter anak-anak. Keras dan tegas bukan berarti kasar. Sebaliknya, jika tidak ada ketegasan dari orang tua atau guru, maka karakter anak-anak akan sulit dibentuk.
Penulis Surat kepada Orang Ibrani menegaskan: “Memang tiap-tiap hajaran pada waktu diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Namun kemudian, ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih oleh-Nya” (Ibr. 12:11).
Pepatah lama berkata: di ujung rotan ada emas. Artinya, didikan yang keras dan tegas pasti menghasilkan generasi yang baik dan cerdas. Keberhasilan tidak turun dari langit, melainkan dihasilkan lewat usaha, perjuangan, dan kesediaan bertahan dalam didikan yang membentuk. Sebagaimana emas diuji kemurniannya dalam api, demikian pula kita akan menjadi pribadi berkualitas jika dibina dengan tegas dan prinsipil.
Saudara/-i yang terkasih, terinspirasi dari bacaan-bacaan suci hari ini, semoga kita bisa seperti Yesus: selalu peduli dan terus berbuat baik kepada orang lain dengan hati yang tulus. Mari kita memohon kekuatan dan rahmat Tuhan agar mampu menjadi pribadi yang selalu hadir sebagai berkat bagi sesama.
Amin.
*Penulis adalah pengajar di Seminar Petrus van Diepen-Kabupaten Sorong