Traktor, Pompa Air, dan Harapan Baru Petani Raja Ampat

banner 120x600

Oleh Petrus Rabu

Ketika orang menyebut Raja Ampat, pikiran lazim tertuju pada laut yang biru jernih, gugusan karang yang menakjubkan, dan reputasinya sebagai surga bawah laut dunia. Namun jauh dari keramaian kapal wisata dan kamera para turis, para petani di pulau-pulau ini menanam harapan di atas tanah yang belum sepenuhnya dijamah teknologi. Harapan itu kini mulai tumbuh seiring perhatian yang datang dari Senayan.

Pada Rabu, 25 Juni 2025, Kabupaten Raja Ampat menerima bantuan alat dan mesin pertanian (ALSINTAN) dari Anggota DPR RI Komisi IV Dapil Papua Barat Daya, Robert Joppy Kardinal, S.AB. Bertempat di Waisai, penyerahan simbolis ini disaksikan langsung oleh Bupati Raja Ampat, Orideko Iriano Burdam, bersama jajaran pejabat daerah serta kelompok tani yang menjadi sasaran program.

Bantuan yang disalurkan meliputi lima unit hand tractor, 33 handsprayer, dan 22 pompa air. Di balik angka-angka itu, tersembunyi semangat besar: membangun pondasi kemandirian pangan di wilayah yang selama ini lebih dikenal karena lautnya daripada sawah dan kebun.

Bupati Orideko Iriano Burdam menyambut penuh antusias penyaluran ini. “Pemerintah daerah sangat berterima kasih kepada Bapak Robert Kardinal. Ini menjadi semangat baru bagi kelompok tani,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa alat pertanian bukan hanya sekadar perlengkapan kerja, melainkan investasi jangka panjang untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi tenaga kerja, dan kualitas hasil pertanian.

Mesin-mesin tersebut diharapkan dapat mempersingkat waktu kerja, mengurangi beban fisik petani, dan membuka jalan bagi pertanian yang lebih modern di tengah berbagai keterbatasan infrastruktur dan akses pasar di Raja Ampat. “Ini penting dalam memperkuat ketahanan pangan lokal,” tambah Bupati Orideko.

Dari sisi kebijakan nasional, Robert Kardinal mengungkapkan komitmennya untuk terus memperjuangkan daerah-daerah terluar seperti Raja Ampat agar tidak tertinggal dalam pembangunan sektor pangan. Ia menyebut bahwa bantuan ini tidak hanya mendukung kelompok tani, tapi juga selaras dengan program nasional ketahanan pangan yang menjadi prioritas Presiden.

Namun Kardinal menekankan pentingnya memahami konteks lokal. Papua, termasuk Raja Ampat, bukanlah “tanah kosong” yang bisa serta-merta diklaim atau dibuka seperti wilayah lain. “Ada hak wilayat, tanah itu ada yang punya. Ini sedang dibicarakan dengan para pemilik hak untuk menjadikan lahan mereka sebagai lahan percontohan atau lahan pertanian,” jelasnya.

Ia menaruh harapan besar pada kemampuan Bupati Orideko dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat adat. “Pak Bupati anak asli Raja Ampat. Dia tahu bagaimana bicara dengan masyarakat adat. Dia ngerti adatnya. Bicara dulu dengan masyarakat, baru pemerintah bisa ambil alih untuk areal pertanian,” tambah Kardinal.

Selain pertanian, ia juga menyebut adanya rencana bantuan sektor perikanan yang sedang dalam proses, termasuk pengadaan freezer, cold storage, dan benih ikan air payau maupun laut. Namun, Robert Kardinal mengingatkan bahwa pembangunan sarana seperti ini harus dibarengi dengan penyediaan listrik di kampung-kampung agar fasilitas yang diberikan bisa berfungsi optimal.

Dalam jangka pendek, Robert mendorong dinas terkait menyiapkan bibit dan pupuk, sekaligus menekankan bahwa air adalah syarat utama dalam pertanian. “Kalau air tidak ada, bagaimana bisa tumbuh dia punya usaha pertanian?” katanya.

Pemerintah daerah pun kini tengah mempersiapkan kebun percontohan sebagai bagian dari roadmap swasembada pangan di Raja Ampat. Bupati Orideko menyebut bahwa pembukaan lahan sedang direncanakan di beberapa titik strategis, yakni wilayah perumahan 200–300, Warsamdin, dan Wawiyai, dengan total luas sekitar 90 hektar. “Kami sedang pendekatan dengan para pemilik hak wilayat. Harapannya, lahan itu bisa kami kelola bersama kelompok tani,” ungkapnya.

Ia menambahkan, pemerintah daerah juga tengah mengusulkan perubahan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) agar lokasi-lokasi pertanian ini mendapat legitimasi dalam tata ruang daerah. Hal ini menjadi momentum tepat karena Provinsi Papua Barat Daya sedang menyusun RTRW provinsi, sehingga Raja Ampat dapat menyisipkan kepentingan strategisnya.

Lebih jauh, kebun percontohan ini diharapkan tidak hanya menjadi tempat produksi, tapi juga model pendidikan dan pelatihan masyarakat. “Masyarakat dari distrik dan kampung bisa datang, lihat, belajar di situ, lalu pulang ke kampung mereka untuk mengembangkan hal yang sama,” kata Bupati Orideko. Selain mengurangi ketergantungan pasokan sayur dan buah dari luar daerah, program ini juga diharapkan membuka lapangan kerja dan mendukung sektor pariwisata.

Lebih dari sekadar bantuan teknis, momen ini menjadi simbol hadirnya keadilan pembangunan di wilayah timur Indonesia. Di balik indahnya lanskap laut Raja Ampat, ada tekad kuat dari para petani yang ingin menjadikan tanah mereka tidak hanya subur secara ekonomi, tetapi juga berdikari dalam memenuhi kebutuhan pangan warganya sendiri.

Ketika traktor mulai menggarap tanah dan pompa air mengaliri ladang, sebuah babak baru tengah ditulis oleh para petani Raja Ampat—babak yang tak kalah indah dari lukisan karang di dasar laut: lukisan kerja keras, gotong royong, dan harapan akan ketahanan pangan yang lebih adil dan merata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page