WAISAI, RAJAAMPATNEWS- “Hari ini, tanggal 29 Desember 2024, Bapak Uskup, Keuskupan Manokwari Sorong (KMS), Mgr. Hilarion Datus Lega,Pr memimpin misa di Gereja Katedral Sorong sekaligus membuka perayaan tahun Yubelium, menandai awal perjalanan rohani yang penuh harapan,” ujar Pastor Lewi Ibori, OSA mengawali kotbah pada perayaan Ekaristi, Minggu, (29/12/2024) di Gereja Katolik Stasi Sta. Maria Mater Dei-Kota Waisai, Raja Ampat.
Menurut Pastor Lewi Ibori pembukaan tahun Yubelium ini menjadi momen penting bagi umat Katolik, di mana sebelumnya pada 24 Desember 2024, Paus juga membuka Pintu Suci Vatikan sebagai simbol rahmat dan pengampunan.
Dalam homilinya, Pastor Lewi Ibori, OSA mengajak umat untuk menyambut Yubelium sebagai kesempatan untuk bertobat, memperbaharui diri, dan memulai hidup yang lebih baik.
Tema yang diusung adalah “Berziarah Harapan,” dengan simbol salib dan jangkar yang melambangkan perjalanan hidup yang penuh harapan dan keteguhan.
Pastor Lewi menjelaskan, Yubelium adalah waktu yang istimewa bagi umat manusia, sebuah undangan untuk merenung, melepaskan diri dari dosa, kebencian, dan perbudakan, serta mengampuni sesama. Dengan berbagi kasih, melayani yang membutuhkan, dan merawat ciptaan Tuhan, kita dapat membebaskan diri dan menciptakan kedamaian di bumi.
“Yubelium adalah panggilan terbaik untuk diri kita dan sesama. Ini adalah momen untuk berharap jauh lebih baik, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain,” kata Pastor Lewi Ibori salah satu pastor Keuskupan Manokwari Sorong.
Selain pembukaan Tahun Yubelium, perayaan ekaristi Minggu 29 Desember 2024 juga memperingati Pesta Keluarga Kudus dari Nazaret.
Pastor Lewi mengajak umat untuk meneladani keluarga Yesus, Maria, dan Yusuf yang menjadi contoh teladan dalam kehidupan sehari-hari.
“Keluarga adalah anugerah terindah dari Tuhan. Marilah kita menjaga dan merawat keluarga kita agar menjadi berkat dan saksi iman bagi dunia,” tambah Pastor Lewi.
Kisah Yesus yang taat pada orang tua-Nya, bahkan ketika berusia 12 tahun berada di rumah Tuhan, mengajarkan pentingnya mendekatkan diri pada Tuhan dan menghormati orang tua.
“Prioritaskan hubungan dengan Tuhan, terus belajar, dan hormati orang tua,” pesan Pastor Lewi, mengingatkan umat untuk meneladani keteladanan Maria dan Yusuf dalam kehidupan keluarga.
Dengan semangat Yubelium, umat Katolik di Raja Ampat diajak untuk menjadikan tahun 2024 sebagai titik balik kehidupan yang lebih penuh kasih, damai, dan bersemangat dalam melayani sesama.

Rayakan Pesta Keluarga Kudus dengan Keakraban
Dalam rangka memperingati Pesta Keluarga Kudus sekaligus membuka Tahun Yubelium, umat Katolik Stasi Sta. Maria Mater Dei-Raja Ampat mengadakan perayaan istimewa dengan makan bersama di Pendopo Pastoran.
Acara penuh kehangatan tersebut berlangsung pada dihadiri oleh Pastor Lewi Ibori, Ketua Dewan Stasi Bun Rahawarin, sejumlah pengurus stasi, serta umat setempat.
Perayaan ini berlangsung dengan suasana akrab dan kekeluargaan, mencerminkan semangat kebersamaan dan persaudaraan dalam iman.
“Momen ini mengingatkan kita semua untuk bersyukur atas anugerah keluarga, tempat kita belajar tentang cinta, pengorbanan, dan kebersamaan,” ujar Pastor Lewi.
Ketua Dewan Stasi Sta. Maria Mater Dei-Raja Ampat, Bun Rahawarin, juga menyampaikan apresiasi kepada umat yang hadir dan berpartisipasi dalam acara ini. Ia berharap perayaan ini dapat menjadi awal yang baik untuk berbagai kegiatan selama Tahun Yubelium.
Dengan suksesnya perayaan ini, umat Stasi Sta. Maria Mater Dei-Raja Ampat berharap semangat kekeluargaan dan iman yang mereka rasakan dapat terus menginspirasi kehidupan mereka sehari-hari, khususnya dalam menjalani Tahun Yubelium yang baru saja dimulai.

Makna dan Tradisi Tahun Yubelium dalam Gereja Katolik
Gereja Katolik memiliki tradisi istimewa yang dikenal dengan istilah Yubelium atau Tahun Jubileum, yang merupakan tahun suci dalam kalender liturgi Katolik. Tahun Yubelium dirayakan setiap 25 tahun sekali sebagai waktu yang penuh makna bagi umat Katolik untuk memperbarui kehidupan rohani mereka. Dalam momen istimewa ini, gereja mengajak umatnya untuk memperdalam komitmen kepada Tuhan melalui pengampunan dosa, pertobatan, dan perbuatan amal kasih.
Istilah Yubelium berasal dari kata Ibrani yobel, yang berarti “sangkakala” atau “peniupan terompet”. Dalam tradisi Perjanjian Lama, Tahun Yobel dirayakan setiap 50 tahun sekali oleh umat Israel dengan melaksanakan pengampunan utang, pembebasan hamba, dan pengembalian tanah kepada pemilik aslinya. Kebiasaan ini menekankan pentingnya keadilan, rekonsiliasi, dan pemulihan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam tradisi Katolik, Tahun Jubileum ditandai dengan berbagai perayaan khusus. Salah satu yang paling menonjol adalah pembukaan Pintu Suci di Basilika Santo Petrus di Roma. Upacara ini menjadi simbol awal dari serangkaian kegiatan kerohanian yang berlangsung selama tahun tersebut, termasuk misa khusus, pengampunan dosa, dan aksi amal. Pada Tahun Yubelium, umat Katolik juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan indulgensi penuh, asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh gereja.
Tahun Yubelium menjadi waktu refleksi mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia. Dengan semangat pertobatan dan kasih, momen ini dirayakan sebagai kesempatan untuk memperkuat hubungan dengan Tuhan dan sesama, sambil menghidupkan kembali nilai-nilai cinta kasih, pengampunan, dan solidaritas.