Menilik Historis Sosial pada Pilkada Kabupaten Raja Ampat 2024

banner 120x600

Waisai, RajaAmpatNews-Dinamika Politik Lokal tentu menjadi sorotan yang sangat ramai di bicarakan pada skala daerah. Dinamika politik lokal sendiri identik dengan politik identitas. Politik Identitas seringkali dipakai oleh politisi untuk mengumpulkan simpati pemilih juga populasi suara. Politik identitas sendiri telah menjadi gorengan yang sangat laku di Negara demokrasi seperti Indonesia ini.

Demikian di sampaikan Ricard Msen S.IP. Tokoh Muda Raja Ampat, Rabu, ( 5/6/2024.

Ricard mencontohi, Pada Pilgub DKI Jakarta, politik identitas ini pernah dipakai ketika saat itu Anis Baswedan dan Ahok maju sebagai Calon Gubernur, bagaimana kemenangan Anis dimainkan melalui politik identitas ini. Hal serupa bisa saja terjadi di daerah lainnya.

“Politik Identitas berarti berkaitan erat dengan identitas yang mencerminkan suatu golongan misalnya Suku, Ras, Agama, Kelompok dan lainnya.

Dinamika Politik Lokal, di Raja Ampat hari ini pun demikian, menariknya di Raja Ampat lebih terkenal dengan Politik Historis Sosial, sejarah panjang ini tidak terlepas dari bagaimana pemimpin terdahulu yang dilahirkan untuk memimpin negeri ini.

“Pemimpin tersebut datang dari kondisi Sosial geografi yang berbeda. Misalnya jika seorang Bupati berasal dari wilayah utara Raja Ampat maka Wakilnya harus dari wilayah selatan , begitupun sebaliknya. ucap Ricard

Hal ini sudah berlangsung selama hampir dua dekade ini.Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat Raja Ampat sendiri adalah Kabupaten Kepulauan berdasarkan geografisnya. Populasi suara sudah pasti tidak akan terpusat pada suatu wilayah tetapi menyebar. Sehingga seorang politisi harus mampu mengumpulkan simpati dari para pemilih yang notabenenya tersebar di seluruh kepulauan yang ada.

Menilik Historis Politik Lokal di Raja Ampat, tentu bisa dijadikan sebagai acuan dalam meminang pasangan yang potensial dalam Pilkada tahun ini. Seorang politisi tentu mempunyai strategi tersendiri berdasarkan indikator-indikatornya. Selain itu juga, seorang politisi harus diimbangi pada kapasitas pasangan yang paham Birokrasi. sehingga proses politik dan pemerintahan itu dapat berjalan seirama.

Alumni APMD Jogjakarta itu mengatakan, Publik telah ramai dengan opini euforia pilkada yang beberapa bulan lagi diselenggarakan, berbagai strategi telah dimainkan dan itu wajar dalam perpolitikan sebagai instrumen dan dinamika.

Selain itu juga politik sebagai instrumen mempersatukan kebhinekaan di Tanah Raja, maka sudah seharusnya dijalankan dengan cara-cara politik yang sehat. tutup nya. (CR03/R4News)

<p>You cannot copy content of this page</p>