Lestarikan Budaya Papua, Lomba Yosim Pancar Meriahkan HUT RI ke-80 di Raja Ampat

banner 120x600

Waisai, RajaAmpatNews– Semangat pelestarian budaya Papua kembali terasa kuat di Kabupaten Raja Ampat. Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, pemerintah daerah bersama panitia lokal menggelar lomba Yosim Pancar, tarian tradisional khas Papua yang kaya akan makna dan nilai historis.

Lomba yang digelar di halaman Kantor Bupati, Rabu (13/8/2026) ini menjadi magnet bagi masyarakat, baik warga lokal maupun wisatawan yang tengah berada di Waisai. Gemuruh irama tifa, denting ukulele, dan dentuman bass akustik khas Papua mengiringi gerak lincah para penari, menghadirkan suasana meriah sekaligus sarat makna budaya. Sebanyak 10 tim dari berbagai sanggar dan komunitas tari unjuk kebolehan, menampilkan gerak khas Papua yang enerjik dan memukau penonton.

Koordinator Lomba Yosim Pancar, Mergina Simbiak, menegaskan bahwa ajang ini bukan sekadar hiburan, tetapi memiliki misi besar untuk menjaga eksistensi Yosim Pancar di tengah gempuran modernisasi.

Ket: Koordinator Lomba Yosim Pancar, Mergina Simbiak/Foto: Dony K/RajaAmpatNews

“Karena ini harus dipancar. Memang latar belakangnya dari Papua, jadi kami siap untuk mengembangkan Yosim Pancar. Ini budaya kami, identitas kami, dan warisan leluhur yang patut dibanggakan,” ujarnya.

Tarian Yosim Pancar dulunya menjadi simbol persatuan masyarakat di berbagai wilayah Papua. Gerakannya yang dinamis, ritmis, dan mengajak penonton ikut bergoyang mencerminkan nilai kebersamaan yang tinggi.

Perlombaan tahun ini diikuti oleh 8 hingga 10 kelompok peserta, masing-masing menampilkan tarian berdurasi 10–15 menit. Penilaian dilakukan secara ketat berdasarkan ketepatan waktu, kekompakan gerakan, dan penggunaan alat musik tradisional. Dewan juri yang terdiri dari Nikson Meosido, Frando Tarage dan Neles Rumanasen menilai keaslian, teknik, serta kreativitas dari setiap kelompok peserta tanpa intervensi pihak mana pun.

Hasilnya, Aski Aimando berhasil merebut Juara I berkat kekompakan formasi, ketepatan ritme, dan ekspresi panggung yang memikat. Posisi Juara II diraih Per’um Sosial, sedangkan Kofarkor Kamara menempati Juara III. Gelar Harapan I jatuh kepada PAR Rayon Getsemani yang tetap mendapat apresiasi atas kreativitas dan koreografi mereka.

Antusiasme masyarakat terlihat dari ramainya penonton sejak siang hari, bahkan beberapa ikut menari di sela-sela penampilan. Lomba Yosim Pancar tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sarana edukasi bagi generasi muda untuk mengenal, mencintai, dan meneruskan warisan budaya leluhur.

Penyelenggara berkomitmen menjadikan lomba ini sebagai agenda tahunan di Raja Ampat. Dengan dukungan pemerintah daerah, sanggar seni, dan masyarakat, kegiatan ini diharapkan mampu menginspirasi wilayah lain di Papua untuk terus menggelar event serupa.

Aksi salah satu peserta lomba Yosim Pancar dalam lomba memperingat HUT ke-80 RI di Kabupaten Raja Ampat/foto: Dok. Panitia

“Budaya adalah jati diri. Kalau kita tidak merawatnya, maka pelan-pelan akan hilang. Yosim Pancar ini bukan sekadar tarian, tetapi cerita hidup masyarakat Papua yang harus terus dipentaskan,” pungkas Mergina.

Writer: Dony K & Gusti GEditor: Petrus Rabu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page