KM Velocity Kandas di Perairan Batanta, Pemilik Minta Maaf dan Siap Bertanggung Jawab

banner 120x600

Waisai, RajaAmpatNews – Kapal Motor (KM) Velocity mengalami insiden kandas di perairan Kepulauan Batanta, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, pada 30 Juni 2025. Menanggapi kejadian tersebut, pemilik kapal, Jefry, menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada masyarakat dan menegaskan komitmennya untuk bertanggung jawab penuh atas insiden tersebut.

“Kami sangat menyesal atas kejadian ini. Tidak ada satu pun yang menginginkan hal seperti ini terjadi, apalagi di tempat seindah dan sepenting Batanta. Kami datang dengan hati terbuka dan siap menyelesaikan persoalan ini secara bersama-sama,” ujar Jefry dalam pernyataan resminya, Kamis (10/7/2025), usai bertemu sejumlah pihak terkait.

Insiden kandasnya kapal ini menyita perhatian luas, termasuk dari masyarakat lokal, tokoh adat, hingga instansi teknis dan pemerintah daerah. Meski demikian, Jefry menyampaikan apresiasi atas respons cepat dan sikap kooperatif yang ditunjukkan berbagai pihak sejak hari pertama kejadian.

“Kami merasa sangat terbantu. Banyak pihak yang langsung turun tangan, memberikan arahan, pendampingan, dan membuka ruang dialog. Terima kasih atas semua dukungan itu,” tambahnya.

Sebagai bentuk tanggung jawab, pemilik kapal telah mengambil sejumlah langkah awal, antara lain:

  • Menggelar dialog langsung dengan masyarakat terdampak di sekitar lokasi kejadian.
  • Melakukan koordinasi dengan Kepala Distrik Batanta Utara untuk membahas langkah-langkah administratif dan sosial.
  • Berkonsultasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) guna melakukan kajian dampak lingkungan serta menyusun rencana rehabilitasi.
  • Melaporkan insiden secara resmi kepada Polisi Perairan (Polair) dan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) sebagai bentuk kepatuhan terhadap ketentuan hukum dan teknis pelayaran.

Jefry menegaskan bahwa pihaknya tidak akan lepas tangan dan akan mengikuti seluruh proses pemulihan sesuai arahan dan ketentuan dari instansi yang berwenang.

“Apa pun yang harus kami jalani, kami siap menghadapi secara terbuka dan bertanggung jawab. Kami percaya bahwa dengan kerja sama yang baik, semua bisa diselesaikan dengan adil dan bijak,” tegasnya.

Ia juga berharap agar kejadian ini menjadi pembelajaran bersama untuk lebih menjaga kawasan konservasi penting seperti Batanta.

“Tuhan kasih kita tanah ini untuk dijaga bersama. Maka kami datang dengan hati yang mau bertanggung jawab, dan percaya bahwa kalau kita jalan bersama, Tuhan pasti tolong,” pungkas Jefry.

Pihak DLH dan BLUD Raja Ampat telah menyampaikan bahwa proses rehabilitasi akan dilakukan berdasarkan hasil kajian lapangan secara menyeluruh. Penanganan insiden ini diharapkan dapat menjadi contoh penyelesaian lingkungan yang adil, transparan, dan partisipatif di wilayah konservasi Raja Ampat.

You cannot copy content of this page