Gereja Tua Itu: Inspirasi Iman Umat St. Yoseph Freinademetz

KET: Gereja Stasi St. Yoseph Freindemets, Paroki St. Arnod Yansen-Kota Sorong//FT' John Sole
KET: Gereja Stasi St. Yoseph Freindemets, Paroki St. Arnod Yansen-Kota Sorong//FT' John Sole
banner 120x600

“Gereja ini bukan sekadar bangunan. Ia adalah rahim iman kita,” kata Pastor Krispin.

KOTA SORONG, RAJAAMPATNEWS- Gereja tua St. Yoseph Freinademetz berdiri kokoh di Kampung Malasilen-Kota Sorong, menjadi saksi perjalanan panjang iman umatnya.

Meski sederhana, gereja ini memancarkan aura kekudusan yang tak tergantikan. Setiap sudutnya menyimpan kenangan tak terbilang, tempat di mana doa-doa lirih hingga sukacita misa perayaan bersatu dalam harmoni.

Minggu, 08 Desember 2024  suasana berbeda terasa di gereja itu. Misa terakhir sebelum umat berpindah ke gedung gereja yang baru diwarnai keharuan. Pagi yang cerah seakan menambah makna perayaan ekaristi terakhir di tempat ini. Pastor Krispianus Panda Lewa, SVD atau Pastor Krispin memimpin misa dengan penuh semangat, menyampaikan homili yang sarat pesan kasih dan pengharapan.

“Gereja ini bukan sekadar bangunan. Ia adalah rahim iman kita,” kata Pastor Krispin.

Setelah misa usai, satu per satu umat meninggalkan kursi mereka, beberapa kali menoleh ke altar sederhana yang selama ini menjadi pusat persekutuan mereka.

Di pintu, Pastor Krispin berdiri menyalami setiap umat, senyumnya hangat namun tersirat rasa haru. Minggu ini adalah yang terakhir bagi mereka merayakan ekaristi di gereja tua itu, sebelum pindah ke gedung baru yang megah, hasil jerih payah dan kebersamaan umat.

Pastor dan umatnya mengambil beberapa gambar didepan gereja tua. Yang akan menjadi kisah yang tak lekang waktu,  bahwa mereka pernah berdiri di depan gereja tua dengan semangat iman yang kokoh.

Bagi umat, gereja tua ini bukan sekadar tempat ibadah. Ia adalah simbol persatuan, tempat bertumbuh dalam iman. Dari sinilah muncul gagasan membangun gedung gereja baru yang lebih besar, menampung harapan dan semangat baru. Gereja tua menjadi fondasi, sementara gereja baru adalah wujud dari buah iman yang terus berkembang.

Kini, meski bangunan gereja tua akan ditinggalkan, kenangan tentangnya akan terus hidup dalam hati umat St. Yoseph Freinademetz. Altar, atap seng dengan salib dibubunganya, hingga kursi-kursi kayu berjejer tempat umat bersujud, semua menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan iman mereka.

“Gereja ini akan selalu menjadi inspirasi. Tempat kita pernah belajar mengasihi, melayani, dan berkorban,” ujar seorang jemaat sambil memandang bangunan tua itu untuk terakhir kalinya.

Pekan depan, langkah-langkah mereka akan menuju gedung gereja baru, membawa semangat dari masa lalu menuju harapan masa depan.

Gereja tua Stasi St. Yoseph Freinademetz- Paroki St. Arnold Yanssen akan selalu dikenang sebagai tempat di mana perjalanan iman dimulai, inspirasi yang takkan pernah pudar. Ia bukan hanya bangunan; ia adalah rumah, saksi, dan bukti kasih Tuhan yang terus hidup di tengah umat-Nya.

KET: Pastor Krispin dan umat berpose didepan gedung gereja alam/Ft; Joy Sole

Gereja Baru dan  Mercusuar Iman

Disamping gereja itu berdiri kokoh sebuah gedung gereja baru. Gereja ini sudah dibangun sejak tahun 2018, dan baru rampung pada tahun ini.

Waktu yang cukup panjang memang, karena sebagian besar anggarannya swadaya umat. Hanya sekali saja bantuan yang didapat dari Pemprov Papua Barat diawal pembangunan kala itu.

Sesuai rencana, gedung gereja baru itu akan diresmikan oleh Uskup Keuskupan Manokwari Sorong (KMS) Mgr. Hilarion Datus Lega, pada Sabtu (14/12/2024). Dengan demikian maka, misa minggu depan sudah tidak lagi digelar di gedung lama, tetapi akan dilangsungkan di gedung baru tersebut.

Peresmian itu tentu menjadi momen istimewa bagi umat St. Yoseph Freinademetz—untuk pertama kalinya mereka melangkah memasuki gedung gereja baru yang telah lama dinanti.

Gedung baru ini bukan sekadar simbol modernitas atau pencapaian arsitektur. Ia adalah wujud nyata dari iman yang hidup, hasil jerih payah umat yang bersatu dalam doa dan kerja keras. Dinding-dinding kokohnya berdiri sebagai saksi dari mimpi bersama, sementara altar megah di tengah ruangan menjadi pusat pengharapan baru.

Pastor Krispin  mengaku jika gedung ini  menjadi tempat umat melanjutkan perjalanan iman yang tumbuh seiring bergulirnya waktu.

Bagi umat, gedung gereja baru ini adalah bukti bahwa kebersamaan dan pengorbanan mampu melahirkan hal besar. Dari anak-anak hingga lansia, semua memiliki peran dalam mewujudkan impian ini. Setiap bata, setiap tiang, dan setiap jendela di gedung ini mengandung cerita tentang pengabdian dan kasih yang mengakar dalam iman.

Namun, semangat mereka bukan hanya tentang bangunan fisik. Gedung baru ini menjadi titik awal untuk membangun iman yang baru pula.

Iman yang lebih kokoh, seperti dinding gereja; lebih terang, seperti kaca patri yang memantulkan cahaya matahari ke dalam ruang; dan lebih hangat, seperti suasana kebersamaan yang terasa saat misa pertama berlangsung.

“Gedung ini indah, tapi yang lebih penting adalah apa yang kita bangun di dalamnya—komunitas yang kuat, iman yang teguh, dan kasih yang tak terbatas,” ujar Yohanes Sole, salah  seorang umat seusai misa Minggu 8 Desember 2024, sambil menatap bangunan gedung gereja baru dengan penuh haru.

Seiring dengan perayaan perdana di gedung baru, umat menyadari bahwa perjalanan mereka tidak berhenti di sini. Gedung ini hanyalah awal dari tanggung jawab yang lebih besar—menjadi terang bagi sesama, membangun kebersamaan, dan terus memperkuat iman yang hidup.

Gedung gereja baru St. Yoseph Freinademetz kini menjadi tempat umat melangkah bersama, membawa iman lama yang diperbaharui, menuju masa depan yang penuh berkah dan harapan. Ia bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga mercusuar iman yang menerangi perjalanan hidup umatnya.

Persiapan peresmian

Ketua Panitia Persemian Gedung Baru Gereja St. Yoseph Freinademets Malasilen, Ananias Amabi mengungkapkan, persiapan yang dilakukan panitia hingga seminggu jelang persemian sudah sangat matang. Termasuk hal-hal teknis terkait prosesi persemian sudah disiapkan dengan baik, tinggal menunggu waktu pelaksanaan.

“Sejauh ini persiapan kita sudah sangat matang, teman-teman panitia dibantu pastor dan dewan stasi sudah melalui sejumlah tahapan dalam rangka memastikan kesiapan kita. Intinya kita tinggal menunggu hari H peresmian saja,” ujar Ananias yang diwawacarai di depan lokasi gedung gereja yang baru.

Terkait konsep acara, Ananias menjelaskan, ada dua mata acara besar yang nanti dilakukan yakni peresmian (pemberkatan dan misa) dan syukuran. Persemian sendiri akan digelar di dalam gereja, sedangkan syukuran dilkukan di tenda yang disediakan panitia.

Secara keseluruhan, lanjut Ananias acara akan dikemas secara sederhana namun unik dan meriah. Karena, akan ada pertunjukan budaya, mulai dari penjemputan tamu VIP menggunakan tarian adat, hingga penyajian makanan lokal barapen (bakar batu) asal Wamena dan Sep asal Merauke.

“Kita ingin menonjolkan budaya lokal kita disini, nanti selain tari tarian ada juga makanan lokal seperti Barapen atau bakar batu, kemudian ada juga Sep dari Merauke ya, itu makanannya dikemas didalam kulit kayu lalu dibakar. Kemudian ada juga budaya nusantara yang akan kita tampilkan, yang pasti meksi sederhana kita akan buat semeriah mungkin,” sebut Ananias.

Sementara Ketua dewan stasi St. Yoseph Freinademets Malasilen, Obet Siep menyampaikan terima kasih serta apresiasi kepada panitia peresmian juga panitia pembangunan gedung baru, yang telah berupaya keras sehingga gedung baru tersebut bisa sampai pada tahap peresmian.

Tak Lupa Obet juga menyampaikan terima kasih kepada semua umat, juga para donatur yang telah ikut membantu baik melalui dana, barang maupun jasa sehingga proses pembangunan gedung gereja tersebut bisa rampung.

Writer: Tim SorongEditor: Petrus Rabu

Responses (2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page