Makassar, RajaAmpatNews – Lion Air kembali menjadi sorotan publik setelah ratusan penumpang penerbangan JT-747 rute Makassar–Denpasar mengalami nasib yang sangat merugikan, Selasa (2/7/2025).
Penerbangan yang dijadwalkan berangkat pada Selasa malam harus mengalami serangkaian penundaan selama berjam-jam sebelum akhirnya dibatalkan secara sepihak oleh pihak maskapai dengan alasan Bandara Ngurah Rai di Bali telah tutup.

Awalnya, jadwal keberangkatan tercatat pukul 18.50 WITA dengan estimasi tiba di Bali pukul 20.15 WITA. Namun tak lama kemudian, jadwal itu diubah menjadi 21.20–22.45 WITA, lalu kembali diundur menjadi 23.50 WITA. Penumpang baru diperbolehkan boarding pada pukul 00.10 WITA dini hari, namun setelah duduk selama hampir satu jam di dalam pesawat, mereka mendapat pengumuman mengejutkan: penerbangan dibatalkan karena Bandara Ngurah Rai sudah tidak menerima kedatangan pesawat pada pukul 02.00 WITA.
Menurut penjelasan petugas Lion Air bernama Syandi Syahputra, pembatalan terjadi karena bandara tujuan sudah tutup dan tidak memungkinkan pesawat mendarat. Ia menyampaikan bahwa penerbangan pengganti akan diberangkatkan pada Rabu, 3 Juli 2025, pukul 05.30 WITA.
Meski demikian, hingga berita ini diturunkan, ratusan penumpang masih bertahan di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, banyak di antaranya terpaksa tidur di kursi ruang tunggu karena pihak maskapai tidak menyediakan akomodasi.
Kondisi ini memicu kemarahan para penumpang. Banyak di antara mereka merasa ditelantarkan dan dipermainkan. Mereka telah kehilangan waktu, tenaga, dan uang. Bahkan hampir sebagian besar penumpang telah melakukan pemesanan hotel dan menyusun agenda penting di Bali. Dua penumpang, Pak Dadang dan Alex, mengaku telah membayar kamar hotel yang kini hangus dan tidak bisa dikembalikan.
Agenda pertemuan, acara keluarga, dan kepentingan bisnis pun harus dibatalkan karena tidak ada kepastian.
Felik, salah satu penumpang yang datang dari Sorong, mengaku kecewa berat. Ia mengecam buruknya manajemen Lion Air dan meminta Kementerian Perhubungan untuk segera mengambil tindakan.
“Kementerian jangan tinggal diam. Lion Air ini tidak lagi layak dibiarkan tanpa pengawasan. Harus ada evaluasi total, bahkan jika perlu cabut izin sementara sampai mereka berbenah. Kami duduk satu jam dalam pesawat hanya untuk dibatalkan. Ini sungguh memalukan,” ujarnya.
Resti, penumpang lainnya, menyatakan bahwa dirinya mengalami kerugian besar karena seharusnya menghadiri pertemuan bisnis penting di Bali.
“Rp300 ribu yang mereka berikan itu bahkan tidak cukup untuk membayar taksi pulang ke rumah. Belum lagi kerugian moral dan profesional. Ini bentuk penghinaan terhadap pelanggan,” tegasnya.
Antonio pun menyampaikan kecaman keras. Ia menilai Lion Air telah gagal menjalankan tanggung jawab dasar sebagai penyedia jasa transportasi udara.
“Maskapai ini mempermainkan penumpang. Kalau tidak dievaluasi, kejadian seperti ini akan terus berulang. Ganti manajemen, audit operasional Lion Air,” katanya.
Nada serupa juga disuarakan Hamza yang menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh lagi bersikap lunak terhadap maskapai yang kerap menciptakan derita kolektif. Ia mendesak Kemenhub mengevaluasi izin operasional Lion Air. “Kalau perlu, bekukan sementara izin mereka. Ini sudah bukan delay biasa, tapi kelalaian sistemik,” ujarnya.
Sementara itu, Prabu-Jurnalis yang juga menjadi bagian dari penumpang Lion Air JT 747 tersebut menyerukan boikot publik. Menurutnya, Lion Air adalah simbol ketidaktepatan waktu dan ketidakprofesionalan.
“Saya mengajak masyarakat Indonesia untuk berhenti menggunakan Lion Air. Maskapai ini tidak profesional, sering delay, dan tidak punya tanggung jawab. Naik Lion Air artinya siap-siap sengsara dan seluruh kegiatan Anda bisa hancur,” katanya geram.
Kejadian ini menambah panjang daftar keluhan terhadap Lion Air, yang selama ini dikenal dengan tingkat keterlambatan tinggi, manajemen krisis yang buruk, dan komunikasi yang minim.
Buruknya penanganan penumpang dalam situasi darurat ini semakin menegaskan bahwa Lion Air telah gagal memenuhi standar pelayanan publik. Hingga berita ini diterbitkan, pihak manajemen Lion Air belum memberikan keterangan resmi maupun permintaan maaf terbuka kepada para penumpang yang terdampak.
Penulis : Petrus Rabu