“Buku ini adalah bentuk penghargaan terhadap pengetahuan lokal dan kontribusi nyata kami terhadap konservasi berbasis masyarakat adat.”
Sorong, RajaAmpatNes– Sebuah langkah monumental dalam pelestarian budaya dan lingkungan resmi diambil hari ini dengan peluncuran buku elektronik bertajuk “Papua dan Sasi: Tradisi Leluhur untuk Kehidupan”. Buku versi digital ini bukan sekadar dokumentasi, melainkan sebuah jendela menuju kekayaan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat adat di wilayah Bentang Laut Kepala Burung (BLKB) Papua. Dari praktik Kerakera di Fakfak, Nggama di Kaimana, hingga Egek di Tanah Moi, buku ini mencatat tradisi Sasi sebagai warisan pengelolaan alam yang berkelanjutan.
Demikian siaran pers Communication Coordinator, Konservasi Indonesia, Nikka Gunadharma yang diterima RajaAmpatNews, Selasa (10/6/2025).
Dijelaskan, sasi merupakan larangan sementara terhadap aktivitas panen hasil laut atau hutan yang dipraktikkan oleh masyarakat di Indonesia Timur, termasuk Papua. Sasi adalah bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang disepakati sebagai sumpah dan hukum tradisional, sehingga wajib ditaati, yang bertujuan memberikan kesempatan kepada ekosistem untuk melakukan regenerasi.
Disusun oleh Konservasi Indonesia (KI) bersama para penggerak Sasi di BLKB dan mitra-mitra pembangunan sejak 2024, buku ini mengungkap penerapan Sasi secara menyeluruh—mulai dari prosesi ritual buka dan tutup Sasi, pendataan hasil Sasi, hingga pemanfaatan hasilnya dengan cermat. Direktur Strategi Konservasi Papua Konservasi Indonesia, Meity Ursula Mongdong, menegaskan bahwa buku ini adalah bentuk dokumentasi kolaboratif yang lahir dari semangat kemitraan dan penghormatan terhadap pengetahuan lokal.
“Banyak pihak telah mendampingi praktik Sasi di BLKB. Dengan semangat kolaborasi, Konservasi Indonesia mendokumentasikan seluruh upaya tersebut agar menjadi pengetahuan dan pembelajaran bersama. Buku ini adalah bentuk penghargaan terhadap pengetahuan lokal dan kontribusi nyata kami terhadap konservasi berbasis masyarakat adat,” ungkap Meity.
Sementara Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (P2KP) Papua Barat Daya, Absalom Solossa, S.Pi., MM., memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif ini. Absalom menyebut dokumentasi ini sebagai tonggak penting dalam menjaga identitas budaya dan ekologi Papua. “Kehadiran buku ini berkontribusi signifikan terhadap upaya pelestarian tradisi dan budaya masyarakat adat Papua. Harapannya, buku ini menjadi inspirasi bagi masyarakat adat saat ini dan generasi mendatang untuk terus menghidupkan tradisi sasi sebagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam secara bijak,” ujarnya.
Salah satu penggerak jejaring sasi dari Kampung Ugar di Kaimana, Achmad Biaruma, menyampaikan kebanggaannya karena warisan leluhur kini tercatat secara tertulis dan bisa menjadi rujukan kaum muda yang akan melanjutkan tradisi ini. “Dulu, kami hanya mewariskan tradisi ini secara lisan. Saya bangga terlibat dalam penulisan buku ini. Ini adalah ikhtiar untuk melestarikan budaya nenek moyang sekaligus memastikan agar kearifan lokal ini tidak hilang dan bisa dilanjutkan oleh generasi muda di kampung, supaya periuk makan kita semua tetap terjaga,” tutur Achmad.
Peluncuran buku Papua dan Sasi: Tradisi Leluhur untuk Kehidupan ini juga menjadi momen yang istimewa karena diumumkan pada pembukaan lokalatih Jejaring Sasi yang akan diadakan hingga 12 Juni mendatang, dan menjadi sebuah kegiatan yang mempertemukan para pelaku sasi di BLKB Papua. Pertemuan akbar Pelaku Sasi ini dibuka oleh Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan, Jhoni Way, S.Hut., M.Si., mewakili Gubernur Papua Barat Daya dan melibatkan lebih dari 40 peserta yang berasal dari pesisir Kabupaten Sorong, Raja Ampat, Kepulauan Yapen, Teluk Wondama, Tambrauw, Fakfak, dan Kaimana.
Diselenggarakan dengan dukungan Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya melalui Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan (P2KP), lokalatih ini didukung oleh mitra pembangunan yakni Konservasi Indonesia (KI), Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), dan WWF Indonesia. Pertemuan ini menjadi ajang penting untuk memperkuat kolaborasi, berbagi pengalaman, dan meningkatkan kapasitas pelaku Sasi dalam menjaga keberlanjutan sumber daya laut di BLKB.

Data Konservasi Indonesia per tahun 2025 menunjukkan terdapat 72 lokasi Sasi, dengan luasan 75.691 hektar yang membentang di tiga provinsi yang menjadi bagian BLKB, dengan 63 lokasi Sasi berada di dalam kawasan konservasi perairan. BLKB adalah wilayah pesisir dan laut dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, yang menjadi rumah bagi lebih dari 1.700 spesies ikan karang, dan sekitar 75% spesies terumbu karang dunia dapat ditemukan di sini. Lebih dari 5,2 juta hektar laut di BLKB adalah kawasan dilindungi, dan berkontribusi terhadap lebih dari 20% total kawasan konservasi perairan di seluruh Indonesia.
Penggerak utama jejaring sasi BLKB sekaligus Raja Kumisi dari Kaimana, Mohammad Nasir Aituarauw, menjelaskan bahwa pertemuan kali ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan pada akhir tahun 2023 lalu, saat Jejaring Sasi dikukuhkan. “Dalam pertemuan kali ini, kami berusaha untuk memperkuat jejaring Sasi menuju organisasi yang memiliki tujuan yang solid, yang bisa membantu meningkatkan nilai ekonomi dari hasil-hasil Sasi, tanpa mengurangi upaya kami untuk melindungi alam,” sebut Nasir.
Buku elektronik ”Papua dan Sasi: Tradisi Leluhur untuk Kehidupan” dapat dibaca melalui situs web Konservasi Indonesia atau di https://konservasi-id.org/papua-dan-sasi-tradisi-leluhur-untuk-kehidupan/