“Setelah mengunjungi Kaimana dan menyelam di spot-spot indah seperti Bo’s Rainbow, Larry’s Dive Heaven, Christmas Rock, hingga Teluk Bicari yang menjadi habitat hiu paus dan lumba-lumba, aku yakin Kaimana adalah surga tersembunyi yang harus kita jaga bersama,” ujar Prilly Latuconsina
Jakarta, RajaAmpatNews – Kaimana, yang dikenal sebagai “Kerajaan Ikan” (Kingdom of Fish), semakin menegaskan dirinya sebagai destinasi ekowisata berbasis konservasi. Dengan keindahan terumbu karang dan kekayaan biodiversitas lautnya, Kaimana menjadi contoh bagaimana pariwisata dan pelestarian lingkungan dapat berjalan beriringan.
Aktris sekaligus pegiat lingkungan, Prilly Latuconsina, ikut ambil bagian dalam kampanye konservasi ini. Setelah menjelajahi Kaimana dan menyaksikan langsung upaya konservasi oleh masyarakat, pemerintah daerah, serta Konservasi Indonesia (KI), Prilly menyampaikan kekagumannya.
“Setelah mengunjungi Kaimana dan menyelam di spot-spot indah seperti Bo’s Rainbow, Larry’s Dive Heaven, Christmas Rock, hingga Teluk Bicari yang menjadi habitat hiu paus dan lumba-lumba, aku yakin Kaimana adalah surga tersembunyi yang harus kita jaga bersama,” ujar Prilly Latuconsina dalam siaran pers Konservasi Indonesia yang di Raja Ampat News, Selasa, (25/2/2025).
Selain menikmati keindahan bawah laut, Prilly juga mengunjungi Danau Ubur-ubur serta hutan mangrove di Kampung Marsi. Di Kampung Namatota, ia belajar langsung proses transplantasi terumbu karang.
“Aku kagum dengan pemahaman masyarakat Kaimana yang ingin menjaga kelestarian alam demi generasi mendatang,” tambahnya.
Tak heran jika Prilly didaulat sebagai Kawan Hiu Paus Konservasi Indonesia.
Konservasi dan Ekowisata Berkelanjutan
Upaya konservasi di Kaimana melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat adat, pemerintah daerah, dan mitra konservasi seperti Konservasi Indonesia. Salah satu inisiatif utama adalah perlindungan ekosistem laut dan mangrove seluas lebih dari 52 ribu hektar, yang menjadi habitat penting bagi spesies seperti hiu paus dan lumba-lumba Indo-Pasifik.
Meizani Irmadhiany, Senior Vice President & Executive Chair Konservasi Indonesia, menegaskan bahwa dengan pendekatan konservasi berbasis masyarakat dan pengelolaan wisata yang bijak, Kaimana bisa menjadi ikon ekowisata seperti Raja Ampat.
Sejak 2013, upaya konservasi di Kaimana telah menunjukkan hasil luar biasa. Pemantauan KI pada 2020 mencatat Kaimana menjadi rumah bagi 1.157 spesies ikan dan 492 jenis terumbu karang, menjadikannya salah satu ekosistem laut terkaya di dunia. Keberhasilan program transplantasi terumbu karang di Kampung Namatota juga membuktikan bahwa konservasi dapat berjalan seiring dengan pengembangan wisata bahari.

Peran Masyarakat dalam Ekowisata
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kaimana berperan penting dalam memastikan keberlanjutan kawasan konservasi seluas hampir 500 ribu hektar.
Eli Auwe, Kepala BLUD Kaimana, menyebutkan bahwa jumlah wisatawan lokal terus meningkat, dari hanya 86 orang pada 2015 menjadi 1.228 orang pada 2019. Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara mengalami kenaikan rata-rata 15% setiap tahun, dengan 797 wisatawan asing tercatat berkunjung pada 2024.
Raja Namatota, Randi Asnawi Ombaier, menyambut baik kehadiran mitra konservasi di Kaimana. Ia menekankan bahwa dengan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak, desa wisata Namatota dapat berkembang dengan daya tarik utama berupa kehadiran hiu paus.
“Kami ingin menunjukkan bahwa ekowisata dapat menjadi sumber penghidupan sekaligus melindungi alam. Kami sangat menyambut wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam Kaimana dan turut serta dalam konservasi ekosistem,” ujarnya.
Dengan semakin banyak pihak yang terlibat dalam pelestarian alam, harapan besar muncul bahwa Kaimana akan terus menjadi destinasi wisata berbasis konservasi yang berkelanjutan dan memberi manfaat bagi masyarakat serta lingkungan.